TEMPO.CO, Jakarta - Selandia Baru mendapat dukungan dari banyak negara pasca-penembakan massal di dua masjid di kota Christchurch pada 15 Maret 2019 lalu. Salah satu dukungan adalah dari Indonesia.
Menurut Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Jonathan Austin, pasca-serangan penembakan itu, kota Christchurch khususnya di area penembakan dipenuhi banyak karangan bunga yang panjangnya hingga bermeter-meter. Mereka yang berduka, termasuk pula anak-anak.
"Saya melihat ada anak kecil meletakkan boneka Teddy Bear di lokasi penembakan. Itu sangat menyentuh sekali," kata Austin, saat berkunjung ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2019.
Austin mengatakan saat ini pelaku penembakan, Brenton Tarrant, 28 tahun, sudah ditahan dengan tuduhan melakukan pembunuhan. Rencananya, tahun depan sidang vonis terhadapnya akan diputus.
Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Jonathan Austin. TEMPO/Fardi Bestari
Untuk membantu memberi dukungan moril pada keluarga korban penembakan, Selandia Baru bekerja sama dengan lembaga nirlaba. Sedangkan biaya rumah sakit bagi korban meninggal dan luka-luka, ditangani oleh pemerintah Selandia Baru.
"Sudah ada investigasi yang independen dalam kasus penembakan ini dan sudah ada aturan baru mengenai senjata. Kalau ada masyarakat yang masih menyimpan video penembakan massal di Christchurch, bisa terancam penjara. Sebab ada hal-hal yang tidak boleh dipublikasi di media sosial," kata Austin.
Peritiwa penembakan massal di kota Christchurch, Selandia Baru menewaskan 51 orang, yang terdiri dari 47 laki-laki dan 4 orang perempuan. Korban terbanyak di Masjid Al Noor dengan 44 korban tewas, dan sisinya 7 orang meninggal di masjid Linwood Islamic Centre.
"Penembakan ini hal yang mengejutkan. Populasi Selandia Baru itu sekitar 5 juta jiwa dan wilayah kami tidak banyak. Semua orang terkejut. Masyarakat marah karena ada orang dari luar negara kami masuk ke Selandia Baru dan melakukan penembakan," kata Duta Besar Austin.