Han awalnya datang ke Korea Selatan sendirian, meninggalkan seorang putra muda bersama suaminya, menurut Kim, yang mengatakan dia membantu mengaturnya melarikan diri melalui Thailand. Dia membayar penyelundup US$ 2.000 atau Rp 28,2 juta setelah tiba di Korea Selatan dan mendapatkan dukungan uang tunai dari pemerintah, kata Kim.
"Tapi dia sangat merindukan putranya di Cina," katanya.
Pada 2012, Han meminta suaminya, seorang etnis Korea, untuk bergabung dengannya di Korea Selatan dengan putra mereka. Pria itu menemukan pekerjaan di galangan kapal. Putranya yang lain, Dong-jin, lahir pada tahun 2013. Mereka mengetahui bahwa ia menderita epilepsi.
Industri pembuatan kapal Korea Selatan mengalami kemerosotan, dan suami Han kehilangan pekerjaannya. Pada 2017, keluarganya pindah kembali ke Cina.
September lalu, Han kembali ke Korea Selatan dengan Dong-jin, setelah menceraikan suaminya, menurut Kim. Dia mengatakan dia meneleponnya dan terdengar Han sangat tertekan. Dia takut dia tidak akan bisa bekerja, karena dia tidak bisa menemukan pusat penitipan anak yang akan menerima anak epilepsi. Dia menyarankan dirinya untuk mengajukan tunjangan kesejahteraan.
Apa yang terjadi pada Han dan Dong-jin setelah itu tidak jelas.
Para pelarian Korea Utara diawasi secara ketat oleh pemerintah selama lima tahun, tetapi periode waktu itu telah berakhir. Kantor distrik mengatakan Han tidak pernah mengajukan permohonan kesejahteraan. Warga Korea Utara lainnya di Seoul mengatakan bahwa dia tidak punya teman dekat.
Dia rupanya tidak mampu membeli ponsel, artinya dia semakin terisolasi. Dalam bulan-bulan terakhirnya, penghasilan satu-satunya adalah US$ 165 atau Rp 2,4 juta per bulan untuk tunjangan anak pemerintah. Pada bulan Maret, ketika Dong-jin berusia 6 tahun, jumlah itu dipotong setengahnya. Seorang pekerja sosial mengunjunginya pada bulan April dan melaporkan bahwa tidak ada seorang pun di rumah.
Pada 13 Mei, Han menarik uang terakhir di rekening banknya sebesar US$ 3,20 atau Rp 45 ribu.
Pada tanggal 31 Juli, seorang pria petugas gas dan air pergi ke apartemen karena tagihannya tidak dibayar selama berbulan-bulan. Dia mencium bau sangat menyengat, dan ia menelepon polisi. Tetangga kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa mereka mengira bau itu berasal dari tumpukan kompos.
Polisi kemudian memperkirakan bahwa Han dan Dong-jin telah meninggal pada akhir Mei. Peneliti forensik tidak menemukan bukti keracunan atau trauma fisik, juga tidak ada tanda-tanda pembobolan. Kulkas apartemen pelarian Korea Utara itu kosong kecuali hanya ada sedikit bubuk cabai, yang semakin memperkuat dugaan dia kelaparan di Korea Selatan.