TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara mengalami gagal panen terburuk dalam lima tahun terakhir dan berisiko membuat 40 persen warganya kelaparan.
Menurut PBB, produksi panen Korea Utara tahun ini diperkirakan akan turun ke level terendah dalam lima tahun, membawa kekurangan serius bagi 40 persen populasi, karena musim kemarau dan irigasi buruk menghantam ekonomi yang sudah terpuruk dari sanksi internasional.
Dalam laporan terbaru Crop Prospects and Food Situation terbaru, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), mengatakan panen yang buruk dari tanaman utama negara, yakni beras dan jagung, akan menyebabkan 10,1 juta orang menderita kelaparan.
"Hujan di bawah rata-rata dan ketersediaan irigasi yang rendah antara pertengahan April dan pertengahan Juli, periode kritis untuk pengembangan tanaman, terutama mempengaruhi musim utama tanaman padi dan jagung," kata FAO pada Kamis seperti dilaporkan Reuters, 20 September 2019.
Laporan tersebut, yang mencakup pasokan dan permintaan sereal di seluruh dunia dan mengidentifikasi negara-negara yang membutuhkan bantuan pangan eksternal, tidak mengungkapkan perkiraan rinci produksi berdasarkan volume.
Warga Korea Utara bekerja di sawah di desa propaganda Gijungdong di Korea Utara, dalam gambar ini diambil di dekat desa gencatan senjata Panmunjom di dalam zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Korea Selatan, 11 April 2018. [REUTERS / Kim Hong- J]/ File Foto
Korea Utara telah lama berjuang dengan kekurangan makanan dan sistem penjatahan negara yang disfungsional, dan media pemerintah dalam beberapa bulan terakhir memperingatkan kekeringan fenomena cuaca lain.
Kekurangan panen terjadi saat Korea Utara berupaya menahan penyebaran flu babi Afrika di peternakan dalam negeri, menyusul konfirmasi kasus pertama di bulan Mei.
Laporan FAO mengikuti penilaian AS sebelumnya tahun ini bahwa produksi makanan Korut tahun lalu turun ke level terendah dalam lebih dari satu dekade di tengah gelombang panas yang berkepanjangan, topan, dan banjir.
Korea Selatan telah berjanji untuk memberikan 50.000 ton bantuan beras kepada tetangganya melalui Program Pangan Dunia (WFP). Tetapi pengirimannya telah ditunda oleh respons tidak pasti Pyongyang di tengah-tengah macetnya dialog antar-Korea dan pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat, kata para pejabat Seoul.
Pada Juli, kantor berita resmi KCNA Korea Utara mengatakan kampanye untuk mengurangi dampak kekeringan sedang berlangsung dengan menggali kanal dan sumur, memasang pompa, dan menggunakan orang dan kendaraan untuk mengangkut air.
Tetapi Korea Utara mengatakan kepada PBB untuk memangkas jumlah stafnya yang mereka sebarkan di Korea Utara untuk program bantuan dengan alasan adanya politisasi bantuan AS oleh pasukan musuh.