TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah drone milik Amerika Serikat yang bermaksud menghantam milisi ISIS yang bersembunyi di Afganistan justru merengut sedikitnya 30 nyawa petani dan buruh tani yang baru saja selesai memanen kacang atau pine nuts.
Serangan drone AS yang terjadi pada Rabu malam juga melukai sedikitnya 40 orang.
Menurut Reuters, drone menyerang pegunungan Wazir Tangi di wilayah timur provinsi Nangarhar, Afganistan.
"Para pekerja telah menyalakan api unggun dan duduk bersama ketika drone menyasar mereka," kata Malik Rahat Gul, kepala suku setempat kepada Reuters.
Haidar Khan, pemilik ladang pine nuts, mengatakan sekitar 150 pekerja sedang memanen buah pinus. Serangan drone itu, selain menewaskan dan melukai para pekerja, juga ada yang masih hilang.
Saat serangan drone terjadi, menurut seorang petani yang selamat, sekitar 200 buruh tani sedang beristirahat di dalam 5 tenda dekat kebun kacang itu.
"Beberapa dari kami berlari, beberapa terluka namun beberapa terbunuh," kata Juma Gul, buruh tani yang berasal dari provinsi Kunar.
Serangan drone AS membangkitkan amarah warga provinsi Nangarhar. Mereka menuntut permintaan maaf dan kompensasi uang dari pemerintah AS.
"Kesalahan seperti itu tidak dapat dibenarkan. Pasukan Amerika harus menyadari mereka tidak akan pernah memenangkan perang dengan membunuh warga sipil yang tak berdosa," kata Jave Mansur, warga kota Jalalabad.
Mantan presiden Afganistan, Hamid Karzai melalui Twitter menyatakan dirinya tak dapat melukiskan penderitaan rakyatnya.
"Saya tidak punya kata-kata untuk melukiskan penderitaan rakyat kami. Tidak ada satu hari pun tanpa jatuh korban di Afganistan. Serangan udara AS terbaru di Nangarhar, serangan teroris terhadap fasiltias pemerintah di Jalalabad, bom mobil di Zabul, dan pertempuran di Logar antara pemerintah dan Taliban<" tulis Karzai.
Kementerian Pertahanan Afganistan dan seorang pejabat senior AS di Kabul, ibukota Afganistan membenarkan drone AS menyerang warga sipil. Namun, mereka menolak menjelaskan detil peristiwa tragis itu.
"Pasukan AS melakukan serangan drone terhadap teroris Daesh (ISIS) di Nangarhar. Kami menyadari dugaan kematian non-kombatan dan bekerja sama dengan pejabat setempat untuk mendapatkan fakta," kata Kolonel Sonny Legget, juru bicara pasukan AS di Afganistan.
Sekitar 14 ribu pasukan AS bertugas di Afganistan, melatih dan memberikan pengarahan kepada pasukan keamanan Afganistan dalam melakukan operasi memberangus ISIS dan Taliban.