TEMPO.CO, Canberra - Lembaga intelijen Australia disebut meyakini peretas asal Cina bertanggung jawab atas serangan siber atau peretasan komputer terhadap jaringan komputer di parlemen dan tiga partai politik terbesar sebelum pemilihan umum pada Mei 2019.
Badan intelijen siber Australia yaitu Direktorat Sinyal Australia (ASD) menyimpulkan pada Maret bahwa Kementerian Keamanan Negara Cina bertanggung jawab atas serangan itu. Reuters melansir temuan ini dari penjelasan lima orang pejabat yang mengetahui investigasi soal ini.
Kelima sumber ini menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah peretasan komputer ini, seperti dilansir Channel News Asia.
Laporan itu, yang juga mendapat masukan dari Departemen Luar Negeri, mengusulkan untuk menjaga kerahasiaan temuan ini untuk menghindari terganggunya hubungan dagang dengan Beijing. Pemerintah Australia belum mengungkap siapa pihak yang diyakini berada di balik serangan siber itu atau rincian laporan itu.
Pejabat di kantor Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, menolak mengomentari hal itu. ASD pun juga menolak berkomentar.
Soal ini, Kementerian Luar Negeri China membantah negaranya terlibat dalam segala jenis serangan peretasan dan mengatakan Internet penuh dengan teori yang sulit dilacak.
“Ketika menyelidiki dan menentukan sifat insiden online harus ada bukti lengkap dari fakta, jika tidak, itu hanya menciptakan rumor dan merugikan orang lain, menyematkan label pada orang-orang tanpa pandang bulu. Kami ingin menekankan bahwa China juga menjadi korban serangan Internet,” kata dia.
“Cina berharap Australia dapat bertemu Cina di tengah jalan, dan berbuat lebih banyak hal untuk meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama antar kedua negara.”
Salah seorang pejabat tadi mengatakan otoritas Australia merasa ada hubungan ekonomi kedua negara bisa rusak jika Canberra secara terbuka menuduh Cina soal peretasan itu.
MEIDYANA ADITAMA WINATA