TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok radikal garis keras di Yaman, Houthi, pada Sabtu, 14 September 2019, melancarkan serangan ke dua fasilitas terbesar pengolahan minyak mentah Arab Saudi. Serangan itu diproyeksi bakal berdampak pada produksi lima juta minyak mentah barrel per hari atau setara konsumsi 5 persen suplai minyak mentah dunia.
Serangan kelompok Houthi itu langsung dibanjiri kecaman dari lembaga besar dunia, pemimpin hingga analis seperti dikutip dari reuters.com, Minggu, 15 September 2019.
1. John Abizaid, Duta Besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi
"Amerika Serikat sangat mengutuk serangan pesawat tanpa awak hari ini terhadap fasilitas minyak di Abqaiq dan Khurais. Serangan-serangan ini menghancurkan infrastruktur sehingga menempatkan warga sipil dalam bahaya. Sungguh tidak bisa diterima dan cepat atau lambat akan berdampak pada hilangnya nyawa," ucapnya.
2. Badan Energi Internasional atau IEA di Paris, Prancis
"IEA memantau situasi di Arab Saudi dengan ketat. Kami sudah berkomunikasi dengan otoritas Arab Saudi serta negara-negara penghasil minyak dan konsum di berbagai dunia. Sejauh ini, suplai pasar minyak masih terjaga lewat cadangan minyak, " tulis IEA.
3. Sandy Fielden, analis dari Morningstar
"Butuh waktu sekitar 19 - 20 hari untuk mengirimkan minyak dari Arab Saudi ke Singapura, namun butuh waktu 54 hari dari Houston, Amerika Serikat ke Singapura. Jadi, 'bantuan' dari Amerika Serikat akan memakan waktu. Masalahnya saat ini berapa banyak stok minyak Arab Saudi harus disuplai ke pasar hingga proses produksi mereka kembali ke sedia kala," ujarnya.
4. Jason Bordoff, Direktur Pusat Kebijakan Energi Dunia dari Universitas Columbia, New York.
"Abqaiq mungkin fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi yang paling kritis saat ini bagi suplai minyak mentah dunia. Harga minyak bakal naik karena serangan ini dan jika gangguan pada produksi minyak Arab Saudi berlangsung berkepanjangan," kata Bordoff.
5. James West, Direktur Pelaksana dan analis minyak dari Evercore ISI
"Serangan ini terus memperkeruh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan bisa mendorong harga minyak dunia semakin mahal. Bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa, seharusnya mereka tidak kena dampak apapun," ucapnya.