TEMPO.CO, Beijing – Militer Cina melakukan rotasi pasukan baru di markas berbasis di Hong Kong dan menyebutnya sebagai hal rutin.
Ini terjadi di tengah suasana protes keras terhadap Beijing karena dinilai mencampuri urusan domestik Hong Kong, yang merupakan salah satu pusat industri keuangan global.
Diplomat Barat dan Asia di Hong Kong mengamati proses rotasi pasukan militer ini, yang memang telah diperkirakan sebagai aktivitas rutin. Mereka menyoroti apakah ada tambahan jumlah pasukan dan keigatan yang tidak biasa.
“Garnisun Hong Kong dari Tentara Pembebasan Rakyat Cina atau PLA melakukan rotasi ke 22 pada malam Kamis sejak pertama kali membuka garnisun di sana pada 1997,” begitu dilansir kantor berita Xinhua dan dikutip Channel News Asia pada Kamis, 29 Agustus 2019.
Kantor berita resmi pemerintah Cina ini juga memberitakan kegiatan rotasi ini telah disetujui oleh Komisi Militer Pusat.
Rotasi ini disebut sebagian kegiatan rutin sejalan dengan hukum di Republik Cina mengenai garnisun di wilayah administratif khusus Hong Kong.
“Hukum menyatakan garnisun di Hong Kong menerapkan sistem rotasi atas anggotanya di sana,” begitu dilansir Xinhua.
Media ini menampilkan foto-foto kendaraan pengangkut tentara bersenjata dan truk yang membawa pasukan di perbatasan. Namun, keterangan di foto itu tidak menjelaskan apakah pasukan itu masuk atau keluar dari Hong Kong.
Foto itu juga menampilkan kapal militer berukuran kecil tiba di pelabuhan di Hong Kong.
Seperti dilansir Reuters, warga Hong Kong menggelar unjuk rasa besar-besaran sejak Juni 2019 untuk menolak pengesahan legislasi ekstradisi. Legislasi itu memungkinkan pemerintah mengekstradisi tersangka kriminal ke Cina.
Unjuk rasa ini kerap berakhir dengan bentrok fisik antara demonstran dan polisi. Ini merupakan goncangan politik terbesar di Hong Kong sejak kembali ke Cina pada 1997 dari Inggris.