TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran hutan Amazon, yang berlangsung sejak awal Agustus 2019, menarik perhatian dunia internasional termasuk negara-negara industri maju G7.
Dalam pernyataan bersama seusai KTT G7 pada Senin kemarin, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengumumkan komitmen bantuan dana awal kepada Brasil dan Bolivia sebesar US$20 juta atau sekitar Rp285 miliar seperti dilansir Reuters.
Berikut ini tiga hal mengenai kebakaran hutan Amazon:
Hutan Amazon penting
Hutan Amazon, yang 60 persen areanya terletak di Brasil, merupakan hutan hujan tropis. Ini diangap sebagai hutan keanekaragaman hayati dengan berbagai spesies unik tumbuhan dan hewan.
Hutan lebat ini menyerab karbon dioksida secara besar-besaran. Karbon dioksida merupakan biang kerok terjadinya perubahan iklim karena memicu terjadinya pemanasan global. Sehingga, penyelamatan Amazon menjadi penting dalam penanganan pemanasan global.
Cakupan kebakaran
Ini merupakan kebakaran terbesar sejak 2013 atau naik 84 persen hingga 23 Agustus 2019. Ini berdasarkan data dari lembaga riset luar angkasa Brasil INPE. Ada sekitar 78.383 titik api dengan setengahnya muncul pada Agustus.
Delapan dari sembilan negara yang berbatasan dengan hutan Amazon melihat peningkatan kebakaran. Negara bagian Amazonas mencatat peningkatan 146 persen kebakaran. Penduduk negara bagian Rondonia di Brasil mengatakan ini kebakaran terhebat selama ini.
Apa penyebabnya
Pembakaran lahan hutan kerap dilakukan sengaja untuk membersihkan laha. Setelah pohon ditebang, maka spekulan membakar lahan untuk dijual kepada petani atau peternak. Ini dilakukan pada musim kering.
Para pecinta lingkungan menyalahkan Presiden Brasil Jair Bolsonaro sebagai penyebab meluasnya kebakaran. Ini karena Bolsonaro terang-terangan meminta pengembangan kawasan hutan Amazon sebagai kawasan komersil dan pertambangan. Ini membuat para pembakar hutan Amazon menjadi berani karena merasa tidak akan dihukum.