TEMPO.CO, Jakarta - Badan urusan pengungsi PBB mendesak negara-negara Eropa agar mengizinkan dua kapal penyelamat menurunkan lebih dari 500 imigran yang terkatung-katung di laut saat negara-negara itu bertengkar tentang siapa yang harus bertanggung jawab atas kedatangan para imigran itu.
Para imigran tersebut diselamatkan saat berupaya menyeberangi Laut Mediterania dari Afrika Utara. Penyelamatan dilakukan oleh dua kapal sewaan yang dibiayai sejumlah kelompok nirlaba.
Pemerintah Italia telah melarang kapal itu memasuki teritorial negara tersebut. Hal serupa dilakukan negara kepulauan Malta yang tak mau kapal-kapal pembawa imigran itu bersandar di negara itu.
Masih belum diketahui kemana kapal imigran itu akan berlabuh, namun saat ini Pulau Lampedusa di Italia telah menjadi area terdekat bagi kapal itu. Sekitar 150 penumpang telah diselamatkan oleh sebuah kapal berbendera Spanyol. Ke-150 imigran itu diambil dari Laut Mediterania 13 hari lalu.
"Kita berkejaran dengan waktu. Badai akan segera datang dan kondisinya semakin memburuk," kata utusan Palang Merah Internasional untuk wilayah Mediterania, Vincent Cochetel, seperti dikutip dari english.alarabiya.net.
Pada tahun ini jumlah imigran yang bisa berlindung ke Eropa melalui jalur laut secara substansi telah menurun banyak. Palang Merah mengatakan pada 2019 hampir 600 orang tewas atau hilang di laut saat berlayar dari Libya menuju Malta atau Italia.
Palang Merah mengatakan banyak dari imigran itu adalah orang-orang yang selamat dari tindak kekerasan mengerikan di Libya. Cochetel mendesak kapal-kapal itu harus segera bersandar dan mengizinkan para penumpangnya mendapatkan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan.