TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, 93 tahun, angkat bicara atas pengungkapan terduga pelaku penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 pada Juli 2014. Menurutnya menyalahkan Rusia atas penembakan pesawat itu telah menjadi skenario politik internasional untuk menyerang Rusia.
Dikutip dari asiaone.com, Jumat, 21 Juni 2019, Mahathir mengaku pesimis pada objektifitas investigasi tragedi penembakan Malaysia Airlines MH17. Sebab tidak pernah ada bukti kuat yang mengarah kalau Rusia dalang dari serangan itu.
“Kami warga negara Malaysia tidak gembira. Sejak awal, ini membawa motif politik terkait bagaimana menuding Rusia dengan salah, bahkan sebelum tim investigasi mengevaluasi kasus ini mereka sudah mengklaim ini dilakukan oleh Rusia dan sekarang mereka mengatakan mereka punya buktinya. Ini sulit diterima bagi kami,” kata Mahathir.
Baca juga: Belanda Ungkap 4 Terduga Penembak Pesawat Malaysia Airlines MH17
Puing-puing pesawat Malaysia Arilines MH17 yang direkontruksikan saat dipresentasikan laporan terakhir kecelakaan pada Juli 2014 di Gilze Rijen, Belanda, 14 Oktober 2015. REUTERS/Michael Kooren
Baca juga: Malaysia Berharap Penembak MH17 akan Diketahui Akhir 2017
Malaysia Airlines MH17 rute Amsterdam – Kuala Lumpur ditembak pada 17 Juli 2014 saat melintasi langit teritorial kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina. Tak ada yang selamat dalam kecelakaan itu.
Mahathir mengatakan temuan investigasi itu tidak cukup meyakinkan untuk menyalahkan Rusia. Sekarang ini, Malaysia ingin bukti jika benar Rusia yang melakukan penembakan burung besi tersebut. Namun sejauh ini tidak ada bukti yang disampaikan.
Menurut Mahahtir, pihaknya menolak menyalahkan Rusia bukan karena Malaysia memiliki bisnis minyak kelapa sawit dengan Rusia. Namun Malaysia menuntut diperlihatkan bukti hasil investigasi tersebut.
Sebelumnya pada Kamis, 20 Juni 2019, Tim investigasi internasional yang dipimpin oleh Belanda mengungkap ada empat terduga itu penembak MH17. Mereka adalah Sergey Dubinsky, Oleg Pulatov dan Igor Girkin yang semuanya warga negara Rusia. Sedangkan Leonid Kharchenko adalah warga negara Ukraina. Tim investigasi internasional sudah meminta surat penahanan bagi mereka. Namun otoritas Belanda pesimis Rusia mau bekerja sama dengan investigasi kasus ini dan kemungkinan tidak mau menyerahkan para terdakwa.