TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan keputusan AS mengirim pasukan tambahan ke Timur Tengah sangat berbahaya bagi perdamaian internasional.
Amerika Serikat telah mengkonfirmasi pengiriman 1.500 pasukan AS tambahan ke Timur Tengah, yang mereka klaim untuk mengantisipasi ancaman Iran.
"Amerika menuduh demikian untuk membenarkan kebijakan berbahaya mereka dan meningkatkan ketegangan di Teluk Persia," kata Zarif kepada IRNA, dikutip dari Reuters, 25 Mei 2019.
Baca juga: Ketegangan dengan Iran, Donald Trump Berlakukan Darurat Nasional
"Kehadiran AS yang meningkat di kawasan kami sangat berbahaya dan mengancam perdamaian dan keamanan internasional, dan ini harus diatasi," katanya.
Presiden AS Donald Trump juga menyerukan ancaman dari Iran untuk mengumumkan keadaan darurat terkait keamanan nasional yang akan melancarkan penjualan senjata bernilai miliaran dolar ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara-negara lain tanpa persetujuan kongres.
Dek kapal induk kelas Nimitz USS Abraham Lincoln difoto saat transit di Terusan Suez di Mesir, 9 Mei 2019. Foto diambil pada 9 Mei 2019. [Amber Smalley / US Navy / REUTERS]
Sebelumnya Pentagon juga mengirim gugus tempur kapal induk, pesawat pengebom B-52 dan sistem pertahan rudal Patriot ke Timur Tengah.
Seorang komandan Garda Revolusi Iran mengatakan keamanan Selat Hormuz, rute pengiriman minyak, dikaitkan dengan Iran yang dapat mengekspor minyaknya, kantor berita setengah resmi Fars melaporkan.
"Mayor Jenderal Gholamali Rashid mengatakan bahwa berbicara tentang keamanan dan stabilitas di Teluk Persia dan Selat Hormuz tidak mungkin tanpa mempertimbangkan kepentingan negara Iran, termasuk ekspor minyak," kata Fars.
Baca juga: Warga Minta Irak Tak Campuri Perselisihan Iran - Amerika
Iran telah mengancam akan mengganggu pengiriman minyak melalui Selat Hormuz jika Amerika Serikat mencoba untuk mencekik ekonomi Teheran dengan menghentikan ekspor minyaknya melalui peningkatan sanksi.
Secara terpisah, seorang pejabat militer Iran mengatakan Iran bisa menenggelamkan kapal perang AS di Teluk, sementara yang lain mengatakan tidak mungkin untuk memulai perang di wilayah tersebut.