TEMPO.CO, Jakarta - Aparat keamanan Sri Lanka memberlakukan jam malam secara nasional setelah pecah kekerasan massal dan kerusuhan anti-Muslim kemarin yang merengut satu orang tewas.
Polisi Sri Lanka memberlakukan jam malam mulai dari jam 9 malam hingga jam 4 pagi. Jam malam diberlakukan untuk mencegah eskalasi kekerasan setelah negara itu diguncang kerusuhan massal sejak hari Minggu, 12 Mei 2019.
Baca: Sri Lanka Blokir Sementara Facebook dan WhatsApp
Korban tewas diketahui berusia 45 tahun. Dia sempat dibawa ke rumah sakit di distrik Puttalam, namun nyawanya tidak tertolong.
"Massa menyerangnya dengan senjata tajam di bengkelnya. Ini kematian pertama dari kerusuhan massal," kata pejabat polisi seperti dikutip dari Channel News Asia, 14 Mei 2019.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan, pengumuman pemberlakuan jam malam untuk mencegah kelompok tak dikenal membuat ketidakstabilan negara dengan menunggangi kekerasan massal.
Baca: Misa Pertama Sejak Teror Bom di Sri Lanka
"Di beberapa teman di provinsi bagian Barat Laut, kelompok ini membuat masalam, perusak properti," kata Wickremesinghe melalui siaran televisi.
Mengutip Colombo Gazette, kekerasan yang terjadi di provinsi di wilayah Barat Laut telah menyebar hingga ke Gampaha tadi malam.
Pemberlakuan jam malam di provinsi bagian barat laut Sri Lanka berlangsung hingga ada penjelasan lebih lanjut.
Beberapa warga yang tinggal di kawasan pemukiman Muslim di provinsi Barat Laut menjelaskan, massa menyerang sejumlah masjid dan merusak bangunan milik warga Muslim untuk kedua kalinya di hari Senin, 13 Mei.
Baca: Sri Lanka Temukan Tempat Diduga Kamp Pelatihan Militan Radikal
"Ada ratusan perusuh, polisi dan tentara hanya menonton. Mereka telah membakar masjdi kami dan menghancurkan sejumalh toko milik Muslim," ujar seorang warga, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Kerusuhan massa ini buntut dari teror bom bunuh diri di 3 gereja dan 3 hotel mewah di Sri Lanka yang menewaskan lebih dari 200 orang pada Minggu Paskah, 21 April 2019.
Ketegangan antar umat Kristen dan Muslim di Sri Lanka menguat sejak teror bom bunuh diri yang disebut ISIS dilakukan oleh milisinya.