TEMPO.CO, Jakarta - Prajurit berjaga di gereja ketika umat Katolik di Sri Lanka menggelar misa pertama sejak teror bom Hari Paskah yang menewaskan 250 lebih.
Misa dijaga oleh personel gabungan dan polisi berpatroli di jalan menuju gereja. Jamaah gereja juga harus menunjukkan kartu identitas dan diperiksa sebelum masuk, menurut laporan Sky News, 12 Mei 2019.
Baca: 200 Anak Sri Lanka Kehilangan Anggota Keluarga Akibat Teror Bom
Selain itu, ada sukarelawan gereja yang mengidentifikasi jamaah yang mereka kenal dan memberitahu para jamaah untuk hanya membawa barang seperlunya. Orang yang dianggap mencurigakan juga diperiksa. Aparat juga melarang parkir di dekat gereja.
Polisi memeriksa pengunjung yang hendak memasuki gereja untuk ibadah misa pertama pasca-teror bom di Sri Lanka.[Sky News]
Keamanan ekstra ketat ini dilakukan setelah tujuh pembom bunuh diri menargetkan dua gereja Katolik dan gereja Protestan, serta tiga hotel mewah di Sri Lanka bulan lalu.
Ibadah misa hari Minggu ditunda setelah pemboman karena dikhawatirkan lebih banyak serangan akan terjadi.
Baca: Pasca Teror Bom, Umat Kristen dan Muslim di Sri Lanka Bentrok
Sebaliknya, para jamaah menyaksikan misa melalui transmisi siaran TV langsung dari rumah Uskup Agung Malcolm Ranjith.
Misa hari Minggu kembali digelar setelah ditunda pasca-teror bom di tiga gereja Sri Lanka Hari Paskah kemarin.[Sky News]
Sekolah-sekolah yang dikelola Gereja juga akan dibuka pada hari Selasa jika para pejabat yakin dengan langkah-langkah keamanan yang diterapkan.
"99 persen dari tersangka yang terkait dengan pemboman telah ditangkap dan bahan peledak mereka telah disita," menurut Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena
Dia mengatakan aman bagi wisatawan untuk kembali ke Sri Lanka.
Usai teror, ISIS mengatakan pihaknya berada di balik serangan itu, yang dilakukan oleh kelompok Muslim lokal yang teradikalisasi.
Baca: Sri Lanka Usir 200 Ulama Islam, Rombak Kebijakan Visa
Polisi mengatakan kelompok National Tawheed Jamaat and Jammiyathul Millathu Ibrahim merencanakan serangan itu.
Zahran Hashim, seorang pengkhotbah dari Sri Lanka timur, diduga telah memimpin para teroris dan merupakan salah satu pelaku bom bunuh diri, menurut para pejabat Sri Lanka.