TEMPO.CO, Jakarta - Benjamin Netanyahu memenangkan dukungan suara mayoritas di parlemen pada Selasa, 16 Maret 2019, waktu setempat untuk membentuk pemerintahan baru. Melalui dukungan ini, maka Netanyahu untuk kelima kalinya menjadi orang nomor satu di Negara Bintang Daud.
Dikutip dari reuters.com, Rabu, 17 April 2019, parlemen Israel saat ini diisi oleh orang-orang baru yang terpilih pada pemilu 9 April 2019 lalu. Dengan mandat yang diterimanya ini, Netanyahu optimis bisa menyatukan partai-partai agama dari sayap kanan.
Baca: Menang Pemilu, Benjamin Netanyahu Jadi Pemimpin Israel Terlama
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berpidato di Sidang Majelis Umum PBB, AS, Kamis, 27 September 2018. (AP Photo / Craig Ruttle)
Dalam pemilu 9 April lalu, tidak ada satu pun partai di Israel yang memenangkan suara mayoritas di Knesset (parlemen). Walhasil, partai harus saling berkoalisi untuk menghadapi kubu oposisi yakni Partai Biru dan Putih yang beraliran tengah kanan.
"Saya ingin membentuk kabinet untuk sebuah pemerintahan baru yang terdiri dari partai-partai sayap kanan dan agama," kata Netanyahu, 69 tahun, dalam pidato kemenangannya.
Sebelumnya, Presiden Israel Reuven Rivlin setelah berkonsultasi dengan sejumlah ketua partai diharapkan bisa memilih orang yang dipercaya bisa menyatukan segala perbedaan yang muncul di Israel. Pada Selasa, 16 April 2019, Rivlin, mengatakan suara mayoritas anggota parlemen menyarankan agar dia menunjuk Netanyahu membentuk pemerintahan baru.
Baca: Trump Telepon dan Tweet Netanyahu Ucapkan Selamat Menang Pemilu
Dengan penunjukan ini, maka Netanyahu memiliki waktu 42 hari untuk membentuk sebuah pemerintahan yang baru. Jika dia gagal, maka Presiden Rivlin bisa meminta politisi Israel lainnya untuk mencoba membentuk pemerintahan.
Saat ini, sejumlah partai kecil di Israel menuntut jatah kursi di kabinet dan Netanyahu harus putar otak menyeimbangkan semua ini dengan prioritas-prioritas partainya. Dalam pemilu 9 April 2019, Partai Likud atau partainya Perdana Menteri Netanyahu memenangkan 35 kursi parlemen.
Partai Likud pertama kali memenangkan kekuasaan pada 1977. Sebagian besar anggota parlemen dari Partai Likud menentang pembentukan Palestina sebagai sebuah negara dan selama kampanye Netanyahu mengatakan akan mencaplok wilayah Tepi Barat. Sekitar 400 ribu masyarakat Yahudi Israel tinggal berdampingan bersama 2,9 juta masyarakat Palestina di Tepi Barat. Wilayah ini berada di bawah pendudukan militer Israel, tetapi belum secara resmi dicaplok oleh Negara Bintang Daud.