TEMPO.CO, Jakarta - KBRI di Berlin bekerja sama dengan organisasi perempuan terbesar di Berlin, Willikommen in Berlin atau WiB mengadakan rangkaian kegiatan untuk mempromosikan batik di Jerman.
Dalam rilis KBRI di Berlin yang diterima Tempo, Rabu malam menjelaskan, rangkain acara yang diadakan di kediaman Dubes RI Arif Havaz Oegresono meliputi seminar tentang batik, mempraktekkan batik, hingga mempraktekkan cara belajar menggunakan kain atau sarung batik.
Baca juga:
Baca: Hari Batik Nasional: Betulkah Teknik Membatik Berasal dari India?
Dalam sesi seminar tentang Batik, Muhammad Nauval dari Sanggar Batik Komar memperkenalkan dua jenis teknis membatik yaitu, batik jumpuan dan batik tulis.
Menurut Nauval, salah satu ciri dalam membatik adalah penggunaan hot wax. "Jadi kalau tidak pakai hot wax itu bukan membatik namanya," kata Nauval.
KBRI Berlin bekerja sama dengan WiD, organisasi perempuan terbesar di Jerman, memberikan seminar dan pelatihan tentang cara membatik hingga cara memakai kain dan sarung kepada para peserta dari 25 negara. [KBRI BERLIN]
Baca: Ini Sejarah Panjang Batik Indonesia
Usai seminar, para peserta dari 25 negara diajak mempraktekkan langsung cara membatik. Kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan teknik menggunakan kain atik dan sarung batik.
"Kami sangat senang dan antusias untuk hadir pada acara ini. Kami yakini ini bisa menjadi kegiatan menyenagkan dan memberi pengetahuan baru bagi kami anggota WiB," kata Gundula Beyer-Zouboulis sebagai Ketua WiB.
Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havaz Oegroseno mengaakan, seminar dan praktek membatik adalah upaya untuk mempromosikan Indonesia di Jerman.
"Harapan kita, ini tidak hanya akan menghargai batik sebagai bagian budaya Indonesia, tetapi juga mereka tertarik berkunjung ke Indonesia," kata Oegroseno.
Batik sudah diakui oleh UNESCO sebagai Intagible Cultural Heritage Humanity pada tahun 2009. Setiap tanggal 2 Oktober Indonesia memperingati hari Batik.