TEMPO.CO, Jakarta - Boeing menghentikan pengiriman pesanan seri paling laku mereka, Boeing 737 MAX, pada Rabu.
Namun Boeing tetap melanjutkan produksi setelah AS bergabung dengan negara-negara dunia merumahkan MAX 8 atas isu keselamatan pasca-kecelakaan Ethiopian Airlines.
Boeing 737 MAX dilarang terbang di sebagian besar negara setelah kecelakaan Ethiopia Airlines pada hari Minggu yang menewaskan semua 157 orang di dalamnya. Ini adalah insiden mematikan kedua untuk model Boeing yang relatif baru dalam lima bulan terakhir, setelah insiden Lion Air pada Oktober 2018.
Baca: Uni Eropa Imbau Anggota Tak Gunakan Boeing 737 MAX
"Siapa yang akan menerima pengiriman pesawat yang tidak dapat mereka gunakan," kata seorang pemodal penerbangan yang enggan disebut identitasnya, seperti dikutip dari Reuters, 14 Maret 2019.
Boeing memproduksi 52 pesawat per bulan dan versi terbarunya, MAX, adalah mayoritas model yang diproduksi, meskipun Boeing menolak untuk memberikan angka pasti.
Boeing diperkirakan akan melanjutkan produksi 737 di pabriknya di luar Seattle, dan telah berencana untuk mempercepat produksi lagi pada bulan Juni.
Boeing enggan menghentikan atau mempercepat produksi karena bisa mengganggu rantai pasokan dan dapat menyebabkan hambatan industri. Tetapi menyimpan pesawat dalam penyimpanan akan menghabiskan uang ekstra dalam peningkatan inventaris.
Baca: Donald Trump: AS Akan Larang Terbang Seluruh Boeing 737 MAX
Juru bicara Boeing mengatakan pihaknya masih menghitung kerugian larangan terbang MAX 8 maskapai di berbagai negara.
Pelanggan utama Boeing di Amerika Serikat, yakni Southwest Airlines, American Airlines Group Inc dan United Airlines, menolak memberikan komentar, tapi sejauh ini mereka yakin pada keamanan Boeing 737 MAX.