TEMPO.CO, Jakarta - Cina buka suara terkait keputusan Amerika Serikat menarik diri dari Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh atau INF. Menurut Beijing, Washington sebaiknya menyelesaikan perbedaan yang timbul dengan Rusia lewat dialog, bukannya mengancam menarik diri dari kesepakatan.
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 3 Februari 2019, Kementerian Luar Negeri Cina menilai Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh berperan sangat penting karena ini adalah pengendali antar senjata dua negara besar. Beijing menentang sikap Amerika Serikat menarik diri dari pakta tersebut dan mendesak dua negara yang terlibat dalam perjanjian pengendalian senjata itu agar mengatasi perbedaan yang muncul dengan sepatutnya melalui sebuah dialog.
Baca: Amerika Serikat Ingin Tarik Diri dari Pakta Senjata Nuklir
“Ini adalah sebuah pakta bilateral pengendalian senjata yang sangat penting dan pelucutan senjata. Ini pakta yang bagus yang mengendalikan rudal jarak jauh demi peningkatan hubungan antar kedua negara, memperkuat perdamaian internasional dan kawasan serta menjaga keseimbangan global dan stabilitas,” tulis Kementerian Luar Negeri Cina dalam situs resmi mereka, Sabtu, 2 Februari 2019, waktu setempat.
Baca: Balas AS, Putin: Rusia Keluar dari Perjanjian Rudal Nuklir INF
Kementerian Luar Negeri Cina memperingatkan penarikan diri dari Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh bisa memancing konsekuensi negatif.
Salah satu poin yang termaktub dalam Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh adalah Amerika Serikat dan Rusia tidak boleh menempatkan senjata rudalnya di kawasan Eropa. Kesepakatan ini dibuat pada 1987 dan berakhir pada awal 2021, namun bisa diperpanjang hingga lima tahun ke depan atas kesepakatan dua negara.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo pada Jumat, 2 Februari 2019 mengatakan Washington akan menarik diri dalam tempo enam bulan dari Pakta Pengendalian Senjata Nuklir jarak jauh yang dibuat dengan Rusia. Keputusan ini urung dilakukan jika Rusia mau kembali patuh dengan sungguh-sungguh pada pakta tersebut.
Washington mengklaim rudal terbaru Rusia Novator 9M729 telah menciderai kesepakatan. Sebab dalam pakta tersebut tertulis larangan peluncuran rudal balistik dan rudal jelajah dalam jarak jangkauan 500 dan 5.500 kilometer. Namun sumber di pemerintah Rusia yang tak mau dipublikasi identitasnya mengatakan Amerika Serikat mencari-cari alasan untuk mengakhiri kesepakatan sehingga membuat mereka bisa mengembangkan senjata baru.