TEMPO.CO, Jakarta - Penghentian atau shutdown yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat diprediksi bisa memangkas sekitar 500 ribu pertumbuhan lapangan kerja di Negara Abang Sam itu pada Januari 2019.
Shutdown terpaksa dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar tuntutannya kepada Kongres Amerika Serikat dikabulkan. Trump ingin Kongres mengucurkan dana sebesar US$ 5,7 miliar untuk membangun tembok perbatasan Amerika Serikat - Meskiko.
Baca: Shutdown Amerika, Kementerian Perdagangan: Belum Berpengaruh
Dikutip dari reuters.com, Sabtu, 12 Januari 2019, sekitar 800 ribu PNS di Amerika Serikat untuk pertama kali di 2019 tak menerima gaji menyusul shutdown yang diberlakukan Trump sejak 22 Desember 2019.
Kementerian Tenaga Kerja Amerika Serikat mengatakan pegawai bagian survei dan urusan pemerintahan memantau ketat laporan ketenagakerjaan. Saat ini Kementerian Tenaga Kerja Amerika Serikat belum terdampak shutdown.
Baca: 800 Ribu PNS AS Terancam Tanpa Gaji Karena Government Shutdown
Pada 6 Januari sampai 19 Januari ini, pemerintah Amerika Serikat sudah masuk masa jatuh tempo membayar sebagian besar gaji PNS. Sebelumnya sekitar 380 ribu PNS terlunta-lunta, bekerja tanpa dibayar.
Jika shutdown masih berlangsung sampai pekan depan, maka para pekerja cuti mungkin akan dianggap sebagai pengangguran, karena mereka tidak akan menerima gaji selama periode itu.
"Jadi, jika pemerintah tetap tutup sampai 19 Januari, maka para PNS ini tidak akan menerima pembayaran. Itu artinya, akan ada sebuah penurunan besar dalam laporan pembayaran gaji," kata Omair Sharif, Ekonom dari Societe Generale di New York, Amerika Serikat.
Pada Desember 2018, Amerika Serikat berhasil menciptakan 321 ribu lapangan kerja atau tertinggi dalam 10 bulan terakhir. Trump ingin mendorong pasar lapangan kerja sebagai salah satu pencapaiannya. Namun shutdown yang dilakukan Washington ini berisiko menaikkan angka pengangguran Amerika Serikat pada Januari 2019.