TEMPO.CO, Jakarta - Kota Raqqa, Suriah, pada Senin, 26 November 2018, diselimuti suhu dingin yang menggigit sampai ke tulang. Anak-anak memakai topi, selendang dan mantel melawan udara musim dingin, bergegas ke sekolah.
Lebih dari setahun sejak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mengalahkan kelompok radikal ISIS di kota Raqqa, banyak sekolah di kota itu porak-poranda dengan dinding bangunan yang separuh remuk dan mobil-mobil hangus parkir di tempat bermain.
"Ketika perang meletup, kami berhenti belajar, sekolah ditutup. Sekarang, kami kembali belajar dan kami membutuhkan bantuan. Kami harus memperbaiki jendela dan pintu karena kami bisa mati kedinginan," kata Abdullah al-Hilal, 12 tahun, murid di sekolah Uqba bin Nafie.
Baca: Jutaan Anak Suriah Tak Bisa Nikmati Pendidikan
Dikutip Reuters, ISIS yang mendeklarasikan Raqqa sebagai markas kelompok itu di Suriah, telah menutup sekolah-sekolah di penjuru Raqqa. Langkah ini dilakukan untuk menerapkan pandangan ultra-radikal melalui sistem pendidikannya.
Sejak ISIS dipukul mundur dari wilayah itu pada Oktober tahun lalu, sebanyak 44 sekolah sudah dibuka lagi. Sebanyak 45 ribu anak-anak memanfaatkan kesempatan ini. Ali al-Shannan, Kepala Dewan Pendidikan Raqqa, mengatakan anak-anak di kota Raqqa sudah berhenti sekolah sejak perang sipil Suriah meletup atau persisnya selama lima tahun.
Baca: Sekolah Dihantam Mortir, 13 Siswa di Suriah Tewas
"Bantuan dasar telah memungkinkan dilakukannya sejumlah renovasi, namun hanya sekitar 10 persen. Sebagian besar sekolah tidak punya pintu, jendela dan sistem sanitasi," kata al-Shannan.
Di sekolah Uqba bin Nafie, terdapat satu ruang kelas dengan dinding retak, lantainya hancur dan sebuah mobil terbalik disamping sekolah. Di taman bermain, terdapat sebuah kolam dengan air sangat kotor. Anak-anak makan kudapan dekat mobil yang terbalik.
Lembaga PBB untuk urusan anak-anak, UNICEF, memperkirakan 2,1 juta anak-anak di Suriah putus sekolah. Di kota Raqqa, UNICEF memberikan buku pelajaran pada lebih dari 121 ribu anak-anak sehingga mereka bisa tetap belajar sambil menunggu kelas dibuka kembali.
"Program belajar sendiri memungkinkan anak-anak yang tidak belajar di sekolah untuk belajar di rumah,"kata Juliette Touma, Kepala bidang komunikasi UNICEF.
Terkait program ini, sebanyak 57 ribu buku sudah dibagikan kepada anak-anak. Masih dibutuhkan sekitar 95 ribu buku mengingat jumlah anak-anak yang membutuhkan buku semakin meningkat.
Masuk musim dingin seperti sekarang, jumlah anak-anak yang kembali tak masuk sekoah kembali bertambah. Ayman al-Qurt, Direktur sekolah Uqba bin Nafie, Raqqa, Suriah, mengatakan kehadiran siswa hanya 11 dari total 38 murid. Dia menyalahkan kondisi sekolah yang tak layak dan cuaca buruk.