TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris, Theresa May, terancam di kudeta. Sekitar 50 anggota parlemen Inggris pendukung Brexit, telah melakukan pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana mereka dapat mendepak May dari posisinya saat ini.
Dikutip dari Reuters pada Rabu, 12 September 2018, ke-50 anggota parlemen yang ingin mendongkel May berasal dari Kelompok Peneliti Eropa atau ERG, sebuah kelompok di Partai Konservatif yang ingin Inggris membuat keputusan tegas dengan Uni Eropa. ERG dilaporkan melakukan pertemuan pada Selasa malam, 11 September 2018 dan mulai membahas masa depan May. Sejumlah komentar yang muncul diantaranya 'semua orang tahu dia harus pergi', 'dia adalah bencana', dan komentar 'Kondisi ini tak bisa dibiarkan berlarut'.
"Orang-orang merasa kepemimpinannya tak tersentuh dan sudah kehilangan arah, tetapi ada pihak lain yang mengatakan mengubah pemimpin saat ini adalah gagasan buruk," kata sumber yang tak mau disebut namanya.
Baca: Suami Perdana Menteri Inggris Punya Saham di Perusahaan Senjata?
Theresa May. dailymail.co.uk
Baca: Mengapa Ada Pin Putih di Lengan May Saat Jamu Trump Makan Malam?
Juru bicara May menolak berkomentar saat dikonfirmasi hal ini. Sedangkan Jacob Rees-Mogg, Ketua ERG, mengatakan kebijakan perlu diubah, namun dia mendukung kepemimpinan May.
Dalam pemilu Juni 2017, Partai Konservatif atau partai yang menggolkan May ke kursi perdana menteri, gagal mendapatkan suara mayoritas di parlemen. Kondisi ini tak menguntungkan bagi May.
Sekarang ini, May dihadapkan pada pembicaraan yang bergulir secara terus-menerus yang bisa melemahkan posisinya. Kepemimpinan May mendapat sorotan ketika dia mencoba membereskan kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa.
May dan Uni Eropa berharap bisa segera membereskan kesepakatan keluarnya Inggris dari lembaga terbesar di Eropa itu pada tahun ini. Dengan begitu, anggota parlemen di kedua belah pihak bisa meratifikasinya sebelum Inggris secara resmi keluar dari Uni Eropa pada 29 Maret 2018.