Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

UEA Disebut Menyadap Pangeran Saudi Pakai Program Israel

Editor

Budi Riza

image-gnews
Ilustrasi hacker/sosial media/Facebook. REUTERS/Dado Ruvic
Ilustrasi hacker/sosial media/Facebook. REUTERS/Dado Ruvic
Iklan

TEMPO.CO, New York -- Pemerintah Uni Emirat Arab, UEA, meminta perusahaan peretas asal Israel untuk menyadap jalur komunikasi dan telepon seluler dari emir Qatar dan seorang pangeran Arab Saudi.

Baca:

 

Penyadapan ini menggunakan program spyware bernama Pegasus yang diproduksi oleh NSO Group dari Israel.

Berita ini dipublikasikan pertama kali oleh media New York Times berdasarkan surat elektronik yang diperoleh media itu.

Surat elektronik bocoran itu berisi informasi mengenai dua gugatan hukum terhadap NSO Group, yang dituding melakukan kegiatan ilegal mata-mata untuk kliennya.

Baca: 

Kata Luhut Binsar Soal Pemeriksaan Penyadapan oleh Badan Siber

“Dua gugatan itu diajukan di Israel dan Siprus oleh seorang warga Qatar, jurnalis asal Meksiko, dan aktivis, yang menjadi target peretasan oleh program mata-mata bernama Pegasus,” begitu dilansir Aljazeera mengutip berita itu pada Jumat, 31 September 2018.

Email itu merupakan bagian dari barang bukti yang diajukan dalam gugatan hukum tadi. Menurut informasi dari surat elektronik itu, UAE menandatangani kontrak lisensi penggunaan program pemantauan Pegasus sejak awal Agustus 2013.

Pangeran Mutaib Bin Abdullah dari Arab Saudi sempat disebut-sebut sebagai calon raja menggantikan Raja Abdullah. Egypt Independent

Menurut media Haaretz, salah satu yang terkena penyadapan adalah seorang redaktur surat kabar Arab yang berbasis di Inggris.

Baca:

 

NSO dikabarkan mengirimkan surat elektronik kepada pemerintah UEA berisi dua rekaman telepon yang dibuat Abdulaziz Alkhamis. Alkhamis mengkonfirmasi soal ini kepada New York Times namun dia mengaku tidak tahun sedang disadap saat menelpon.

Pemerintah disebut UEA berupaya mencegat hubungan telepon Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Ali Thani pada 2014. Selain itu, UEA juga berusaha menguping pembicaraan Pangeran Mutaib Bin Abdullah, yang saat itu dianggap berpeluang menjadi raja Saudi.

Tokoh lainnya yang menjadi sasaran kegiatan mata-mata UEA adalah Saad Hariri, yang menjadi Perdana Menteri Lebanon saat ini dan sempat diminta mundur oleh Saudi pada awal 2017.

Untuk mengaktifkan program mata-mata Pegasus pada ponsel yang menjadi target perekaman, pengguna mengirimkan sebuah link ke ponsel itu. Jika pemilik ponsel mengeklik link itu,program koneksi Pegasus bakal terunduh secara diam-diam di dalam ponsel.

Baca:

 
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ini memudahkan pengguna spyware tadi mengakses semua informasi dan data dari ponsel seperti nomor kontak, pesan teks, email, dan data online seperti Facebook, Skype, WhatsAPp, Viber, WeChat, dan Telegram.

Teknologi canggih spyware ini juga mampu memonitor sambungan telepon dan juga menyadap bahkan percakapan langsung antar dua orang atau lebih yang berlangsung di sekitar pengguna spyware.

Menurut berita yang dilansir New York Times, gugatan itu menyatakan afiliasi dari NSO Group berhasil merekam percakapan telepon seorang jurnalis.

Baca:

 

Spyware itu juga coba digunakan untuk menyadap sejumlah pejabat pemerintahan atas permintaan dari pelanggan dari UEA sekitar empat tahun lalu.

Gugatan hukum ini dilakukan untuk mempertanyakan klaim dari NSO bahwa produk perusahaan hanya dijual ke pemerintah yang berkomitmen menggunakannya untuk penegakan hukum.

Penyadapan perusahaan kantor berita milik Qatar dan akun sosial media pemerintah pada 24 Mei 2017 memicu terjadinya krisis diplomatik besar. Ini berujung dengan pemutusan hubungan diplomatik antara Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir dengan Qatar termasuk hubungan lalu lintas darat, air, laut pada 5 Juni 2018.

NSO Group juga menjual teknologi Pegasus kepada pemerintah Meksiko dengan syarat spyware ini hanya digunakan untuk menyadap aktivitas kriminal dan teroris. Namun, sejumlah tokoh jurnalis terkemuka, akademisi, pengacara HAM dan penyelidik kriminalitas malah menjadi target.

Pendiri NSO Group Omri Lavie, kiri, and Shalev Hulio. Perusahaan ini menyediakan piranti lunak untuk penyadapan bernama Pegasus. Haaretz 

Baca:

 

Pada 1 Agustus 2018, Amnesty International mempublikasi laporan bahwa salah satu pegawainya menjadi target serangan menggunakan pesan WhatsApp pada awal Juni 2018 terkait protes di depan kedubes Arab Saudi di Washington DC.

Menurut pengelola lembaga HAM berbasis di London ini, link jahat yang dikirim lewat WA tadi terkait dengan jaringan situs yang terkoneksi dengan NSO Group.

Sebelumnya, NSO Group mengakui meminta bayaran sekitar US$65 ribu atau sekitar Rp1 miliar untuk meretas sepuluh perangkat komunikasi diluar biaya instalasi sekitar US$500 ribu atau sekitar Rp7,4 miliar.

Menurut Haaretz, seorang pegawai NSO pernah dituduh mencuri spyware perusahaan dan mencoba menjualnya ke pasar gelap di internet.

Perusahaan NSO ini berdiri pada 2010 oleh tiga veteran dari militer dari unit sinyal intelijen 8200 yaitu Niv Carmi, Omri Lavie, dan Shalev Hulio. Mereka membuat Pegasus itu, yang merupakan produk satu-satunya perusahaan, sejak awal berdirinya perusahaan.

Piranti lunak asal Israel ini dapat mengakses telepon seluler dan merekam percakapan telepon, mengakses fitur kamera, melihat pesan teks dan memperoleh koordinasi GPS. Piranti lunak ini bisa diinstal dari jauh atau remote installation ke piranti mobil apapun tanpa sepengetahuan pemilik ponsel tadi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mendapat Respons Keras dari Otoritas, Protes Pro-Palestina di Kampus AS Justru Meluas

57 menit lalu

Para pengunjuk rasa berada di sebuah perkemahan tempat para mahasiswa melakukan protes untuk mendukung warga Palestina, selama konflik antara Israel dan Hamas, di kampus Universitas Northwestern di Evanston, Illinois, AS, 25 April 2024. REUTERS/Nate Swanson
Mendapat Respons Keras dari Otoritas, Protes Pro-Palestina di Kampus AS Justru Meluas

Bentrokan baru antara polisi dan mahasiswa pro-Palestina yang menentang perang Israel di Gaza pecah pada Kamis, 25 April 2024.


Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

2 jam lalu

Petugas kepolisian menahan pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Texas, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Austin, Texas, AS 24 April 2024. REUTERS/Nuri Vallbona
Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.


Hasil Piala Asia U-23 2024: Jepang Lolos ke Semifinal Usai Singkirkan Qatar, Skor 4-2

10 jam lalu

Timnas Jepang AFC U23 2024 di Qatar. (AFP/KARIM JAAFAR)
Hasil Piala Asia U-23 2024: Jepang Lolos ke Semifinal Usai Singkirkan Qatar, Skor 4-2

Timnas Jepang U-23 mengalahkan tuan rumah, Qatar, pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 lewat perpanjangan waktu.


Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

13 jam lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

Afrika Selatan menyerukan pada komunitas internasional agar dilakukan investigasi yang menyeluruh terkait temuan kuburan massal di Gaza


Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

15 jam lalu

Direktur Cyber Intelligence PT Spentera, Royke Tobing (paling kiri), saat diskusi bertajuk Ancaman Operasi Intelijen Siber Atas Indonesia, di Jakarta,  Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

Mayoritas penyedia layanan software dan infrastruktur teknologi dipastikan memiliki afiliasi ke Israel.


Saat Iran Serang Israel, Begini Pertempuran yang Terjadi di Udara dan Antariksa

16 jam lalu

Sistem anti-rudal beroperasi setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel 14 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Saat Iran Serang Israel, Begini Pertempuran yang Terjadi di Udara dan Antariksa

Jet tempur AS, Prancis, Inggris,dan Yordania ikut turun laga pada malam Iran menyerang Israel secara langsung dan keras.


Kementerian Pertahanan Isreal Dikabarkan Bersiap Menyerang Rafah

17 jam lalu

Asap mengepul setelah serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 22 April 2024. REUTERS/Mahdy Zourob
Kementerian Pertahanan Isreal Dikabarkan Bersiap Menyerang Rafah

Kementerian Pertahanan Israel membeli 40 ribu tenda sebagai bagian dari upaya mengevakuasi pengungsi Gaza di Rafah


Fakta-fakta Penemuan Kuburan Massal 300 Mayat di Rumah Sakit di Gaza

19 jam lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. Lusinan warga Palestina yang tidak diketahui identitasnya dimakamkan di pemakaman massal di Gaza setelah pemerintah Israel menyerahkan jenazah yang mereka simpan di Israel. REUTERS/Mohammed Salem
Fakta-fakta Penemuan Kuburan Massal 300 Mayat di Rumah Sakit di Gaza

300 mayat ditemukan dalam kondisi terikat di rumah sakit di Gaza. Di antara mayat itu adalah wanita dan anak-anak.


Hamas Rilis Video Sandera Amerika Masih Hidup

22 jam lalu

Tslil Ben Baruch, 36, memegang plakat ketika para demonstran menghadiri protes 24 jam, menyerukan pembebasan sandera Israel di Gaza dan menandai 100 hari sejak serangan 7 Oktober oleh kelompok Islam Palestina Hamas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.  di Tel Aviv, Israel, 14 Januari 2024. REUTERS/Alexandre Meneghini
Hamas Rilis Video Sandera Amerika Masih Hidup

Hamas merilis kondisi terkini sandera asal Amerika Serikat yang dalam keadaan sehat.


Sempat Diboikot terkait Israel, Unilever Indonesia Sebut Kinerja Perusahaan Membaik

1 hari lalu

Benjie Yap. Foto: Linkedin
Sempat Diboikot terkait Israel, Unilever Indonesia Sebut Kinerja Perusahaan Membaik

Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap menyatakan kinerja perusahaan tersebut saat ini membaik. Sempat diterpa boikot, diduga terkait Israel