TEMPO.CO, Jakarta -Pengusaha asal Malaysia, Low Taek Jho atau Jho Low, dikabarkan tinggal bersama keluarnya di sebuah apartemen mewah di Hong Kong. Jho Low adalah orang yang diyakini sebagai saksi kunci dugaan skandal korupsi di lembaga investasi milik negara, 1MDB, yang menyeret mantan perdana menteri Malaysia, Najib Razak.
Dikutip dari malaysiakini.com pada Senin, 9 Juli 2018, Jho Low dan keluarga dekatnya menempati apartemen mewah di Pacific Place Apartments yang berlokasi di Admiralty, Hong Kong. Jho Low kemungkinan tinggal di tempat itu atas nama orang lain untuk menyulitkan pelacakan.
Harga sewa satu unit Pacific Place Apartments dengan satu kamar tidur di bandrol sekitar HK$ 84 ribu atau sekitar Rp 150 juta per bulan. Sedangkan untuk apartemen dengan tiga kamar atau lebih sekitar HK$ 230 ribu atau Rp 419 juta per bulan.
"Low berada di Hong Kong dalam beberapa bulan terakhir. Mereka pindah ke Pacific Place dan bepergian ke Macau beberapa hari lalu, padahal Low sedang menjadi incaran Interpol," demikian pemberitaan South China Morning Post, surat kabar di Hong Kong berdasarkan sumber yang tak mau dipublikasi identitasnya.
Baca: Jho Low Buron, Mendagri Malaysia: Kami Punya Cukup Bukti Kuat
Pengumuman DPO MACC atau Suruhan Jaya Pencegahan Rasuah Malaysia (SPRM) untuk pengusaha Jho Low dan mantan direktur SRC International, Nik Faisal Ariff Kamil Nik Othman Arif Kamil, 7 Jumi 2018. [SRPM via Facebook]
Baca: Jho Low Mau Bantu Proses Investigasi Skandal Korupsi 1MDB
Surat kabar itu menuliskan, Jho Low bisa dengan mudah bersembunyi karena pada saat ini tidak ada surat permintaan resmi dari Malaysia dan Singapura untuk menahannya, kendati dia masuk dalam daftar buruan Interpol.
"Kepolisian Hong Kong tidak memiliki kewajiban untuk menahannya walaupun dia seorang buruan Interpol. Kewajiban ini baru berjalan jika ada surat permintaan resmi dari negara asal, tetapi sampai sekarang belum ada," kata sumber tersebut.
Sebelumnya pada Kamis, 5 Juli 2018, Kepolisian Malaysia mengatakan Jho Low telah meninggalkan Macau tak lama setelah tim kepolisian Malaysia tiba di Hong Kong. Sedangkan South China Morning Post melaporkan Hong Kong dan Malaysia sudah memiliki kesepakatan untuk menyerahkan buronan, namun tidak ada pakta ekstradisi antara Macau dan Malaysia.