TEMPO.CO, Jakarta - Qatar tetap melanjutkan rencana pembelian senjata perang dari Rusia kendati mendapatkan ancaman dari Arab Saudi. "Pembelian persenjataan dari Rusia adalah keputusan kedaulatan negara," kata Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani kepada Al Jazeera.
Pernyataan Al Thani tersebut sekaligus untuk menanggapi ancaman Arab Saudi akan melancarkan aksi militer ke Qatar jika negeri itu benar-benar mewujudkan rencana pembelian sistem pertahanan udara Rusia, S-400.
Baca: Jika Doha Beli Senjata Rusia, Arab Saudi Akan Gempur Qatar
Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. [thepeninsulaqatar.com]
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, Juni 2017, setelah keempat negara tersebut menuduh Qatar menyokong gerakan terorisme dan terlalu dekat dengan Iran. Tuduhan tersebut berkali-kali dibantah Qatar.
Pemutusan hubungan diplomatik itu disusul blokade wilayah udara, laut dan darat terhadap Qatar sehingga menimbulkan krisis di dalam negeri Qatar.Ini adalah sistem pertahanan udara rudal anti-rudal S-400 buatan Rusia. Sputnik / Igor Zarembo
Pada 1 Juni 2018, koran Prancis Le Monde melaporkan Arab Saudi mengancam akan melancarkan serangan setelah Qatar menyatakan akan membeli sistem pertahanan udara dari Rusia, S-400. Pembelian ini dianggap Arab Saudi dapat mengganggu keamanan negaranya.
Baca: Qatar Larang Barang Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Bahrain
"Ancaman Arab Saudi itu tidak mengurangi sedikitpun rencana kami mendatangkan sistem pertahanan udara canggih Rusia demi mempertahankan wilayah kedaulatan Qatar dari serangan musuh," kata Al Thani.