TEMPO.CO, Gaza - Pemerintah Rusia, Turki dan Kanada mendesak Israel segera mengakhiri kekerasan, yang telah menewaskan sekitar 60 warga Palestina, di Jalur Gaza.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan kekerasan diakhiri di perbatasan Gaza selama percakapan telepon dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Baca: Pembunuhan Massal di Gaza, Luxemburg Panggil Duta Besar Israel
"Para pemimpin membahas "aksi protes massa di wilayah Palestina" dan menyatakan "keprihatinan serius atas kematian sejumlah besar peserta," demikian pernyataan Kremlin, seperti dilansir Reuters pada 17 Mei 2018.
Kremlin menambahkan selama percakapan Rusia menekankan pentingnya meninggalkan kekerasan untuk membangun proses pembicaraan produktif. Ini bertujuan mencari hasil yang dapat diterima bersama berdasarkan resolusi PBB yang relevan.
Baca: Afrika Selatan: Aksi Israel di Gaza Seperti Nazi ke Kaum Yahudi
Pasukan Israel sejauh ini telah menewaskan sekitar 60 warga Palestina yang melakukan aksi protes di dekat perbatasan Gaza-Israel. Aksi protes yang dimulai awal pekan ini dilakukan untuk menentang pembukaan kedutaan Amerika Serikat di Kota Yerusalem. Palestina menginginkan Kota Yerusalem Timur, yang masih diduduki Israel, sebagai ibu kota.
Erdogan menuduh Israel melakukan genosida dalam penanganan bentrokan di perbatasan negara itu dengan Jalur Gaza. Ini mencapai puncaknya pada Senin ketika Amerika Serikat meresmikan kedutaannya di Yerusalem dalam sebuah langkah yang ditentang oleh Palestina dan sebagian besar masyarakat internasional.
Kritik keras Erdogan tentang Israel dan keputusan untuk menarik duta besar negara itu dari Israel dan Amerika Serikat dibalas dengan teguran tajam dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang mengatakan adanya dukungan kuat Hamas kepada Erdogan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada, Justin Tredeau, juga menyerukan segera dihentiikannya kekerasan di jalur Gaza serta mendesak penyelidikan independen terkait insiden itu.
Pernyataan Trudeau diberikan setelah seorang dokter Kanada, yang berada diantara ratusan orang yang terluka dalam bentrokan kekerasan di perbatasan Gaza.
Lembaga bantuan kemanusiaan Doctors Without Borders mengatakan kepada media Kanada, CBC News, ada 1300 kali tembakan militer Israel dalam sehari pada awal pekan ini. “Kami mempertanyakan penggunaan kekerasan berlebihan oleh pasukan Israel,” kata Marie-Elisabeth Ignres, kepala misi Doctors di Palestina.
Selain mengutuk penggunaan militer berlebihan oleh Israel, Trudeau juga menawarkan bantuan dan kerjasama untuk penyelidikan itu. Palestina mengklaim Yerusalem Timur, yang diambil Israel dari Yordania dalam Perang Enam Hari 1967, sebagai ibu kota negara masa depan mereka.