TEMPO.CO, Jakarta - ISIS menyatakan bertanggung jawab atas serangkaian ledakan bom di tiga gereja di Surabaya pagi hari ini, 13 Mei 2018 yang menewaskan 13 orang dan melukai puluhan orang.
Klaim ISIS itu dimuat di situs propagandanya, Amaq News Agency, seperti dikutip dari ABC News.
Baca: Densus 88 Tangkap Lagi Dua Terduga Teroris Jaringan JAD
Teror bom di tiga gereja berjarak 5 menit. Ledakan pertama terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di jalan Ngagel pada jam 6.30 WIB.
Bom kedua diledakkan di Gereja Kristen Indonesia di jalan Diponegoro jam 7.15 WIB. Bom ketiga diledakkan di Gereja Pantekosta di jalan Arjuno pada jam 7.53 WIB.
Kepolisian RI mengidentifikasi bahwa pelaku bom di Surabaya adalah satu keluarga. Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan keluarga ini melakukan serangan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.
Polisi bersiaga di sekitar lokasi ledakan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, 13 Mei 2018. Menurut Kabidhumas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera terjadi ledakan di tiga lokasi gereja pada waktu yang hampir bersamaan di Surabaya. ANTARA/M Risyal Hidayat
Baca: Bom Surabaya dan Rangkaian Aksi Teror dalam Sepekan
Tito mengatakan pelaku menggunakan mobil dalam melakukan aksinya. "Yang gunakan Avanza diduga keras itu adalah orang tuanya atau bapaknya," kata dia di Surabaya pada Ahad, 13 Mei 2018. Pelaku itu diketahui bernama Dita Upriyanto.
Pelaku ini, kata Tito, meledakkan diri menggunakan mobil di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno. Sebelumnya, Dita menurunkan anggota keluarganya yang terdiri dari istri dan dua anaknya di GKI Diponegoro. Sang istri diketahui bernama Puji Kuswati, sedangkan dua anaknya berinisial FS (12) dan VR (9).
Baca: Ledakan Bom di Surabaya Terjadi di Tiga Gereja
Ledakan di Gereja Santa Maria Tak Bercela juga terkait dengan keluarga ini. Di gereja di Ngagel itu diduga dilakukan oleh dua anak laki-laki Dita, yaitu Yusuf Fadil (18) dan FH (16). Mereka menggunakan bom yang diletakkan di pinggang. "Semuanya serangan bom bunuh diri, cuma bomnya berbeda," kata Tito.
Menurut Tito, seluruh pelaku bom Surabaya merupakan jaringan Jemaah Ansarut Daulah atau JAD.