TEMPO.CO, Solo - RM Hendromartono menghabiskan nyaris dua pertiga umurnya di Azerbaijan jadi eksil sebagai imbas situasi politik di Indonesia. Peraih beasiswa kuliah ke luar negeri di era Sukarno itu tidak berani pulang lantaran khawatir dituduh komunis. Apalagi, dia saat itu kuliah di negara yang menjadi bagian Uni Sovyet.
Padahal, selama berkuliah di negara itu, hanya pengetahuan tentang minyak yang didapatkannya. "Tidak ada propaganda tentang komunis dan semacamnya," katanya. Sukarno saat itu memang tengah menyiapkan tenaga-tenaga ahli di bidang perminyakan agar bisa mengelola hasil tambang minyak dengan baik di Indonesia.
Baca: EKSKLUSIF: Hendromartono, Setengah Abad Jadi Eksil di Azerbaijan
Azerbaijan sendiri dipilih lantaran merupakan penghasil minyak yang cukup besar. Kilang minyak di daerah itu dikelola dengan sangat baik sehingga mampu menjadi pemasok minyak utama bagi Uni Sovyet.
"Sehingga setelah Sovyet pecah, Azerbaijan menjadi salah satu negara yang paling maju," kata Hendro, sapaan untuk Hendromartono kepada Tempo di rumahnya di Solo, Kamis, 22 Maret 2018.
Ada banyak hal yang dipelajari oleh Hendromartono saat tinggal selama setengah abad di Azerbaijan. Menurutnya, tata kelola tambang minyak dilakukan oleh para pegawai yang memiliki dedikasi tinggi.
RM Hendromartono lahir dua tahun sebelum kemerdekaan Indonesia, menghabiskan setengah abad hidupnya sebagai eksil Azerbaijan.
Baca: Eksil di Azerbaijan, Hendromartono Hanya Bersama 2 Rekannya WNI
"Tidak ada kasus korupsi maupun upaya mengambil keuntungan pribadi," ujar Hendro.
Hal itu membuat kekayaan yang dikelola oleh negara dari hasil minyak cukup melimpah. "Setiap orang yang tinggal di Azerbaijan mendapat jaminan sosial yang layak," ujarnya.
Lapangan kerja di Azerbaijan juga terbuka luas bagi setiap orang, termasuk warga negara asing.
Baca: Ini Kerinduan Para Eksil Tragedi 1965 di HUT RI ke-70
"Di sana, semua pegawai berstatus sebagai pegawai pemerintah," katanya. Mereka tidak mengenal pegawai swasta karena setiap potensi ekonomi memang dipegang oleh negara. Kondisi itu mulai berubah saat Uni Sovyet akhirnya bubar.
Warga negara asing yang tinggal di Azerbaijan juga berhak atas berbagai jaminan sosial, termasuk jaminan kesehatan hingga uang pensiun.
"Hanya hak politik saja yang tidak diberikan," kata Hendromartono, eksil setengah abad di Azerbaijan.