TEMPO.CO, Beijing- Pemerintah Cina mengatakan tidak akan menghadiri pertemuan para menteri Luar Negeri soal solidaritas melawan Korea Utara di Vancouver, Kanada, pada 16 Januari 2018.
"Pertemuan itu tidak akan membantu meredakan ketegangan di Semenanjung Korea karena tidak semua pihak terlibat bakal hadir," kata Lu Kang dalam jumpa pers, Rabu, 10 Januari 2018.
Baca: Pesan Presiden Cina ke Militer: Jangan Takut Perang
Seperti diberitakan, Kanada dan AS menjadi sponsor penyelenggaraan pertemuan di Vancouver untuk menggalang solidaritas menentang senjata nuklir Korea Utara. Sejumlah negara yang telah melakukan latihan perang bersama AS di sekitar Semenanjung Korea akan menghadiri pertemuan ini. Beberapa negara yang kerap berlatih militer bersama AS seperti Korea Selatan dan Jepang.
Baca: Cina Segera Bangun Taman AI Raksasa Senilai Rp 30 Triliun
Kedua Korea, seperti diberitakan, telah menjalin dialog pertama pada 9 Januari 2018 di desa Paju, di kawasan perbatasaan Panmunjom.
Korea Utara, dalam pertemuan itu, berjanji akan mengirimkan delegasi besar untuk mengikuti ajang olahraga Olimpiade Musim Dingin di PyeongChang, Korea Selatan pada awal Februari 2018.
Selain itu, kedua Korea juga akan melanjutkan pertemuan ini dengan pembicaraan militer kedua negara untuk menurunkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Sebelumnya, pemimpin tertinggi, Korea Utara, Kim Jong Un, mengatakan bakal memproduksi massal senjata nuklir untuk tujuan operasional. Dia menyatakan senjata ini hanya ditujukan untuk melawan ancaman AS dan bukannya Korea Selatan.
"Semua sistem persenjataan kami seperti bom atom, hidrogen, dan rudal balistik, hanya ditujukan kepada Amerika Serikat dan bukan kepada saudara kami (Korea Selatan), Cina dan Rusia," kata kepala delegasi Korea Utara, Ri Son Gwon.
Ri juga menyatakan urusan ini bukan isu antara kedua Korea. Membahas hal ini hanya akan menimbulkan konsekuensi negatif dan mengubah semua capaian positif dari pembicaraan hari ini menjadi sia-sia.
Gedung Putih dan Kemenlu AS belum menanggapi soal pernyataan Korea Utara bahwa AS menjadi target satu-satunya sistem persenjataan nuklir dan rudal negara komunis itu.
Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump, dan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, saling mengancam akan memencet tombol nuklir, yang diklaim ada di meja kerja masing-masing.
Namun belakangan Trump mengatakan dia bersedia berbicara dengan Kim. Dia juga menyebut dialog dua Korea sebagai hal positif. "Pada waktunya kita akan terlibat," kata Trump pada Sabtu, 6 Januari 2018. Cina juga terlibat dalam proses perdamaian dua Korea dengan mendukung perundingan damai.