TEMPO.CO, Jakarta - Cina diam-diam terus memperluas pembangunan pulau buatan di Laut Cina Selatan yang disengketakan, saat dunia tengah fokus ke isu lainnya, termasuk Korea Utara dan Yerusalem.
Ketegangan mengenai pembangunan pulau buatan Cina di Laut Cina Selatan berkurang pada tahun lalu, namun laporan terbaru mengungkapkan bahwa Beijing masih sibuk di perairan yang disengketakan itu.
Baca: Trump Tawarkan Diri Jadi Mediator Sengketa Laut Cina Selatan
Citra satelit baru menunjukkan bahwa Cina telah membangun infrastruktur seluas 28 kilometer persegi di kepulauan Spratly dan Paracel pada tahun 2017 untuk melengkapi posisinya yang lebih besar menjadi basis angkatan udara dan angkatan laut.
Inisiatif Transparansi Maritim Asia yang berbasis di Washington melacak perkembangan di Laut Cina Selatan.
Pada Kamis, 14 Desember 2017, Cina telah melakukan pembangunan hanggar, penyimpanan bawah tanah, tempat penampungan rudal, radar array dan fasilitas lainnya.
Kegiatan tersebut dilakukan saat Cina bergabung dengan perundingan yang berkepanjangan dengan negara-negara Asia Tenggara mengenai kode etik untuk Laut Cina Selatan.
Baca: Cina Minta Indonesia Batalkan Ubah Nama Perairan Natuna, atau...
Pembangunan tersebut merupakan tahap lanjutan dari kampanye reklamasi lahan yang diselesaikan pada awal tahun 2016 di wilayah Spratly, sebuah rantai pulau dimana Malaysia, Taiwan, Filipina, Vietnam dan Brunei juga mengklaim sebagai pemiliknya.
Menurut Pentagon, China telah menambahkan lebih dari 1.248 hektar lahan ke tujuh fitur tanah yang didudukinya di daerah tersebut.
Greg Poling, Direktur Inisiatif Transparansi Maritim Asia mengatakan, agresivitas pembangunan Cina dilakukan setelah berhasil melunakkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Ini juga karena kurang mendapat fokus dari pemerintahan Presiden Donald Trump, yang disibukkan oleh ancaman nuklir Korea Utara dan perselisihan perdagangan dengan Cina.
"Kita tidak boleh bingung dengan pelunakan usaha Cina dalam mencapai tujuannya. Mereka melanjutkan semua konstruksi yang mereka inginkan, "kata Poling, seperti yang dilansir Time pada 15 Desember 2017.
Baca: Cina Buka Bioskop Pertama di Wilayah Konflik Laut Cina Selatan
Konstruksi paling banyak terjadi di Fiery Cross Reef di Spratly, termasuk hanggar di samping landasan terbang seluas 10.000 kaki, struktur bawah tanah yang kemungkinan dimaksudkan untuk menampung amunisi atau lainnya, tempat penampungan rudal serta fasilitas komunikasi dan radar.
Cina juga telah mengerahkan pesawat militer baru di Woody Island di Paracels.
Amerika Serikat tidak mengklaim wilayah di Laut Cina Selatan namun telah menyatakan, pihaknya memiliki kepentingan nasional untuk memastikan bahwa perselisihan teritorial diselesaikan secara damai sesuai dengan hukum internasional dan kebebasan navigasi dan overflight dijamin. Cina menentang hal tersebut yang dianggap sebagai campur tangan Washington dalam perselisihan di kawasan Asi