TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jepang dan Korea Selatan memuji dan menyambut baik langkah pemerintah Amerika Serikat yang mencantumkan Korea Utara ke dalam daftar negara yang mensponsori terorisme.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menyambut baik langkah Presiden AS, Donald Trump, untuk menempatkan Korea Utara kembali ke dalam daftar negara sponsor terorisme. Ini akan meningkatkan tekanan terhadap Pyongyang.
Baca: Trump Masukkan Kembali Korea Utara Dalam Daftar Negara Teroris
Abe mengatakan kebijakan ini, yang diumumkan pada Senin, 20 Nopember 2017, memungkinkan AS menjatuhkan lebih banyak sanksi kepada Pyongyang, yang sedang menggelar program senjata nuklir dan rudal balistik. Program senjata pemusnah massal ini bertentangan dengan sanksi Dewan Keamanan PBB.
Baca: Pakar Sebut Korea Utara hanya Berperang jika Diserang
"Saya menyambut dan mendukung karena hal itu menimbulkan tekanan pada Korea Utara," kata Abe, seperti dilansir Reuters pada Selasa, 21 November 2017.
Sedangkan Kementerian luar negeri Korea Selatan mengatakan keputusan AS ini diharapkan dapat berkontribusi pada denuklirisasi secara damai di Korea Utara dan Semenanjung Korea.
Penetapan untuk memasukkan kembali Korea Utara ke dalam daftar negara sponsor terorisme dilakukan setelah Trump dan Menteri Luar Negeri, Rex Tillerson, mengadakan rapat kabinet di Gedung Putih, Washington, pada Senin 20 November 2017.
Trump menganggap rezim Kim Jong-un telah melakukan pembunuhan di luar negeri. Sementara Tillerson menyebut sanksi itu bisa membatasi pihak ketiga yang masih bekerja sama dengan Pyongyang.
Para ahli mengatakan penunjukan itu sebagian besar bersifat simbolis karena Korea Utara sudah mendapat sanksi berat dari Amerika Serikat.
Beberapa ahli menganggap Korea Utara tidak memenuhi kriteria untuk penetapan itu, yang memerlukan bukti bahwa sebuah negara telah berulang kali memberikan dukungan untuk tindakan terorisme internasional.
Dalam sambutannya, Trump menyebut nama Otto Warmbier, yang merupakan mahasiswa dari Ohio dan meninggal pada Juni sesaat setelah dilepas dari Korea Utara. Dia ditahan lebih dari satu tahun karena tertangkap telah membawa barang milik hotel berupa simbol Korea Utara.
Seorang pejabat intelijen Amerika Serikat, yang mengikuti perkembangan di Korea Utara, mengungkapkan kekhawatirannya. Dia menilai langkah Trump ini bisa menjadi bumerang karena dasar penillaian itu dapat diperdebatkan.
Pejabat itu mengatakan Kim dapat merespons dengan berbagai cara, termasuk memperbarui uji coba rudal atau nuklir.
Langkah Trump ini juga dinlai dapat melemahkan upaya Trump untuk meminta kerja sama Cina, yang lebih besar untuk menekan Korea Utara agar menghentikan uji coba rudal nuklir dan rudal balistiknya.
Kebijakan Trump ini membuat Korea Utara bergabung dengan Iran, Sudan dan Suriah sebagai negara sponsor terorisme dalam daftar yang dibuat pemerintah AS.
REUTERS | STRAITS TIMES