TEMPO.CO, Jakarta - Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres meminta semua pihak di Zimbabwe tetap menjaga perdamaian dan menghormati hak-hak warga negara.
Juru bicara PBB pada Kamis, 16 November 2017 menyatakan Guterres telah meminta semua pihak yang terlibat dalam kudeta militer di Zimbabwe agar tetap tenang, tidak menggunakan kekerasan dan menghormati konstitusi yang berlaku.
Baca: Bukan Kudeta, Ini Tujuan Militer Kuasai Ibukota Zimbabwe
Tudingan kudeta diperkuat dengan pernyataan sekutu dekat Mugabe, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma.
Menurut Zuma, Mugabe, 93, presiden tertua di dunia, tidak dapat meninggalkan rumahnya. Sejumah tentara juga dilaporkan berjaga di Parlemen Zimbabwe dan istana kepresidenan, selain menguasai televisi pemerintah di Harare. Kehadiran tentara yang signifikan ada juga terlihat di bandar udara internasional. Hingga berita ini diturunkan, Mugabe belum terlihat dan memberikan pernyataan kepada publik.
Dalam sebuah pernyataan dramatis di televisi pada Rabu pagi, juru bicara militer, Sibusiso Moyo menolak tudingan bahwa militer melakukan pengambilalihan kekuasaan pemerintah.
Moyo mengumumkan melalui Zimbabwe Broadcasting Corp., yang dikelola negara pada Rabu, 16 November, tepat pukul 4 pagi, bahwa mereka melakukan operasi untuk menangkap "penjahat" di sekitar Mugabe, yang menyebabkan "penderitaan sosial dan ekonomi."
Militer juga mengatakan bahwa Presiden Robert Mugabe dan keluarganya dalam kondisi aman dan selamat.
Tapi situasi ini jelas menunjukan bahwa itu adalah sebuah kudeta militer. Tanda-tanda pertama terjadinya intervensi militer terlihat pada Selasa siang waktu setempat ketika kendaraan lapis baja memasuki kawasan dekat ibukota.
Intervensi militer terjadi setelah kekacauan politik di mana Mugabe telah memecat Wakil Presidennya yang kuat, Emmerson Mnangagwa. Tindakan Mugabe ini memicu spekulasi bahwa dia bersiap mengangkat istrinya, Grace, sebagai penggantinya.
Grace Mugabe, 52, sangat tidak disukai para elit di negara itu. Sementara Mnangagwa menikmati dukungan luas di militer.
Di bawah kekuasaannya selama puluhan tahun, Mugabe telah memerintah Zimbabwe dengan tangan besi. Saat memenangkan kekuasaan setelah pemerintahan Inggris, dia bergerak cepat untuk memadamkan oposisi politik. Dia memerintahkan sebuah tindakan keras yang menyebabkan serangkaian pembantaian di kubu oposisi.
CNN | REUTERS