TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Suriah dinyatakan bersalah dalam kasus penggunaan senjata kimia di daerah Khan Sheikhoun pada 4 April 2017.
Laporan ini juga menemukan bukti bahwa kelompok teroris ISIS bersalah dalam penggunaan zat kimia sulfur mustard di kota Umm Hawsh, Suriah, pada 15 dan 16 September 2017.
Kesimpulan ini berdasarkan temuan dari Tim Mekanisme Investigasi Bersama dari Organisasi Pelarangan Penggunaan Senjata Kimia (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons’ Joint Investigative Mechanism).
Laporan ini disampaikan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis, 26 Oktober 2017.
"Pemerintah Republik Arab Suriah bertanggung jawab atas penggunaan gas sari di Khan Sheikhoun pada 4 April 2017," begitu cuplikan laporan ini seperti dilansir media Reuterrs.
Tindakan pemerintah Suriah ini mendapat balasan berupa serangan rudal terhadap sebuah pangkalan udara Suriah, yang dituding menjadi tempat serangan gas kimia itu dilakukan.
"Berulang kali kita menemukan konfirmasi independen terhadap penggunaan senjata kimia oleh rejim Assad," kata Nikki Haley, yang merujuk kepada Presiden Suriah Bashar al Assad.
Nikki meminta Dewan Keamanan PBB untuk menegaskan sikapnya kepada semua negara bahwa penggunaan senjata kimia tidak bisa ditoleransi. "Dan harus mendukung hasil kerja para penyelidik imparsial," kata Nikki.
Tim Mekanisme Investigasi Bersama ini dibentuk secara mufakat oleh 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB pada 2015 dan diperpanjang mandatnya pada 2016 untuk setahun ke depan. Mandat ini akan berakhir pada pertengahan Nopember. Rusia memutuskan untuk memveto usulan perpanjangan mandat ini.
Namun, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan pada pekan ini bahwa negara itu akan mempertimbangkan kembali soal perpanjangan mandat Tim Investigasi setelah membahas laporan temuan tim.
Menurut laporan ini,"Penggunaan senjata kimia secara terus menerus, baik oleh negara ataupun pelaku non-negara, sangat mengkhawatirkan."
Pejuang wanita Pasukan Demokratik Suriah memberi isyarat tanda "V" saat naik truk pick up di Raqqa, Suriah, 18 Oktober 2017. Bersama pasukan oposisi Suriah, mereka mengklaim kemenangan atas ISIS. REUTERS/Erik De Castro
"Jika penggunaan senjata kimia ini tidak segera dihentikan sekarang, meskipun telah ada larangan dari komunitas internasional, maka tanpa ada konsekuensi yang jelas ini akan mendorong yang lain menggunakan cara yang sama."
Sebelumnya, Tim Investigasi telah menemukan bukti bahwa pemerintah Suriah terbukti bertanggung jawab atas tiga serangan gas klorin pada 2014 dan 2015.
Pemerintah Suriah telah setuju untuk menghancurkan stok senjata kimia yang dimiliki pada 2013 lewat kesepakatan yang diperantarai Rusia dan AS. Pemerintah Suriah telah berulang kai membantah penggunaan senjata kimia selama perang sipil enam tahun yang terjadi di negara itu.
REUTERS