Ahli Siber: AS Cegah Serangan Rudal Korea Utara Lewat Peretasan

Reporter

Editor

Budi Riza

Jumat, 22 September 2017 20:44 WIB

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menyaksikan peluncuran rudal balistik Hwasong 12. Kantor Berita Korea Utara, KCNA, merilis foto ini, pada 16 September 2017. KCNA via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah AS bisa mencegah serangan rudal nuklir Korea Utara menggunakan teknik peretasan komputer. “Ini seratus persen bisa dilakukan,” kata David Kennedy, pendiri lembaga TrustedSec dan salah satu pendiri Binary Defense System .


Menurut David, tim Siber AS bisa menggunakan peretasan komputer ini untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi penting dari dalam Korea Utara. Tujuan lainnya adalah menggunakan teknik peretasan ini untuk mencegah negara komunis itu menyerang negara lain.


Baca: Korea Utara Siap Luncurkan Bom Hidrogen ke Samudera Pasifik


Teknik peretasan ini pernah digunakan tim Siber AS untuk menyerang program pengembangan nuklir Iran dengan menggunakan malware Stuxnet. Ini berhasil menyerang centrifuges dari instalasi pengayaan uranium milik Iran dan membuat program ini mundur beberapa tahun.


“Jadi teknik ini bisa digunakan untuk menghentikan program pengembangan nuklir itu sendiri dan peluncuran rudal,” kata David yang juga seorang mantan marinir di militer AS.


Advertising
Advertising

Baca: Cerita Pembelot Korea Utara tentang Kengerian Kim Jong-un


Menurut David, militer AS tentu tidak ingin kemampuan peretasan ini diketahui pihak luar. Dengan peretasan sistem komputer yang terkoneksi dengan proses peluncuran rudal, maka tim siber AS bisa menanam kode-kode malware ini ke dalam setiap rudal Korea Utara.


Baca: Perang Nuklir oleh Korea Utara? Ini Bahan Dapur Anti Radiasi


Tim siber AS juga bisa menanam malware ini ke dalam sistem panduan rudal, yang bertugas mengarahkan rudal mencapai target. Kode-kode malware ini lantas bisa diaktifkan saat rudal-rudal itu diluncurkan. “Sehingga rudal-rudal itu bisa terbang berbalik ke arah Korea Utara sendiri,” kata Daniel.


Daniel juga menyarankan tim siber AS menanam sebanyak mungkin malware ini pada sistem komputer yang terkoneksi dengan mekanisme pembuatan rudal. Ini membuat militer AS memiliki kontrol penuh terhadap rudal Korea Utara.


Malware ini bisa diselundupkan lewat berbagai cara misalnya lewat stick RAM, yang biasa terpasang di semua komputer. Ada banyak komponen hardware di dalam komputer yang juga bisa dipasangi berbagai macam malware. Daniel juga menyarankan malware dipasang pada sistem kontrol rudal.


“Jadi walaupun misalnya malware ini ketahuan dan dihapus lalu digantikan dengan sistem firmware yang baru maka malware itu tetap ada pada komponen-komponen tadi dan aktif sehingga bisa digunakan,” kata Daniel.


Menurut Daniel ada banyak teknik peretasan komputer yang superrahasia, dan tidak bisa terdeteksi hingga waktu yang cukup lama. “Sehingga bisa diaktifkan pada saat dibutuhkan,” kata Daniel. “Ini adalah teknik-teknik peretasan yang hanya diketahui pemerintah AS dan sekutu.”


Menurut Daniel, selain pemerintah AS, pemerintah Cina dan Rusia juga memiliki teknik peretasan tingkat tinggi yang selevel. Sedangkan teknik peretasan Korea Utara relatif masih rendah dan lebih banyak ditujukan untuk sekadar menimbulkan gangguan dan bukan untuk menghimpun sebanyak mungkin informasi.


Korea Utara lebih banyak mengandalkan sekutu seperti Cina, yang kemampuan teknik peretasan komputernya jauh lebih tinggi, untuk keperluan menghimpun informasi intelejen. “Ini terlihat saat mereka menyerang perusahaan Sony terkait peluncuran sebuah film beberapa waktu lalu,” kata Daniel.



BUSINESS INSIDER | BUDI RIZA

Berita terkait

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

36 menit lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

1 jam lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

3 jam lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

14 jam lalu

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 26 April 2024 diawali oleh kabar seorang wanita di Korea Selatan ditipu oleh orang yang mengaku sebagai Elon Musk

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

1 hari lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

1 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

1 hari lalu

Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

Bagaimana nasib TikTok di AS pasca-konflik panas dan pengesahan RUU pemblokiran aplikasi muncul di sana?

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

1 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

1 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya