TEMPO.CO, Moskow - "Aleppo di mataku," bunyi sebuah papan iklan besar bergambar wajah Presiden Bashar al-Assad melihat dua lelaki berjalan kaki dan seorang anak kecil bermain di lapangan Saadallah al-Jabiri, kawasan yang menjadi episode pertama perang saudara di Suriah.
Penguasaan kembali Aleppo pada Desember 2016 oleh pasukan pemerinah menjadi sebuah tonggak kemenangan militer pendukunng Assad dalam konflik yang memasuki tahun ketujuh, namun meninggalkan daerah itu menjadi kawasan reruntuhan.
Delapan bulan lalu, ketika sekitar Aleppo yang secara formal dikuasai pemberontak, kawasan tersebut tampak seperti kota hantu. Hanya segelintir keluarga yang terlihat duduk di kursi plasti di antara reruntuhan bangunan.
Baca: Perang Suriah, Bantuan PBB Belum Bisa Masuk ke Aleppo
Namun kini, kehidupan perlahan-lahan mulai tampak di kota itu, sejumlah papan nama toko masih tampak tertutup debu tebal, beberapa lelaki muda menjajakan rokok di jalan dan beberapa remaja berjaualan pisang dari sebuah meja kecil.
Rami Abdurrahman dari Syrian Observatory for Human Rights, sebuah LSM berbasis di Longon, mengatakan, ribuan orang mulai mengalir masuk ke Aleppo, salah satu kota terbesar di Suriah setelah Damaskus.
Baca: Suriah Bebaskan Kamp Pengungsi di Aleppo dari Pemberontak
"Kami membantu 3.500 orang kembali ke desa-desa di sekitar Aleppo," kata Mayor Jenderal Igor Yemelyano, komandan perang Rusia di Suriah.
Rusia adalah sekutu Suriah dalam perang saudara di negeri itu selain Iran. Rusia juga menjadi penengah perang antara pasukan Assad dengan kelompok oposisi.
Kendati pasukan pemerintah Suriah telah menguasai hampir seluruh wilayah Aleppo, tetapi kehancuran kota tersebut luar biasa. Hampir seluruh gedung runtuh, sebuah sekolah bertingkat tiga di sebelah barat daya Aleppo tidak utuh, seluruh kaca kelas hancur berantakan pada November 2016.
"Ketika itu, dua murid sekolah ditemukan tewas di dalam kelas, sedangkan empat murid lainnya tergeletak tak bernyawa di halaman tertindih cendela," kata kepala sekolah, Nakhlya Deri, kapada wartawan, Selasa, 12 September 2017, dalam sebuah kunjungan yang dipersiapkan Kementerian Pertahanan Rusia.
Meskipun bangunan sekolah hancur di mana-mana terkena tembakan mortir, warga bersikeras kepada Deri agar pusat pendidikan tersebut tetap buka.
"Setelah serangan, kami tutup. Namun beberapa hari berikutnya kami membersihkan puing dan reruntuhan. Pada hari ketiga kami mulai bekerja lagi," kata Deri.
Moskow masuk ke Suriah dua tahun lalu untuk membantu Assad, yang menjadi sekutu abadi. Pada Selasa kemarin, militer Rusia mengatakan, pasukan Suriah telah membebaskan 85 persen seluruh wilayah dari kaum pemberontak.
Berbicara kepada wartawan di Hemeinmeem, pangkalan udara di Provinsi Latakia Suriah, Letnan Jenderal Alexander Lapin mengatakan, pemerintah Suriah masih harus membersihkan kelompok bersenjata yang menguasai 15 pesen wilayah seluasa sekitar 27 ribu hektar.
ABC NEWS | CHOIRUL AMINUDDIN