Korea Selatan meluncurkan rudal Hyunmoo 2, pada 4 September 2017, satu hari setelah Korea Utara melakukan uji coba bom hidrogen atau thermonuklir. Hyunmoo2 termasuk rudal balistik jarak pendek atau short-range ballistic missile (SRBM), yaitu memiliki jangkauan kurang dari 1.000 km. Defense Ministry/Yonhap/via REUTERS
TEMPO.CO, Washingon - Presiden Donald Trump mengatakan, serangan militer Amerika Serikat ke Korea Utara tidak dapat dihindari. Namun jika gempuran itu terjadi maka hal akan menjadi hari terburuk bagi warga di Asia.
Trump juga menegaskan bahwa Korea Utara telah berperilaku buruk dan harus dihentikan. Keterangan tersebut disampaikan Trump di Gedung Putih dalam acara jumpa pers setelah bertemu dengan pemimpin Kuwait pada Kamis, 7 September 2017.
"Serangan militer pasti menjadi opsi. Aksi itu tidak bisa terelakkan. Kami berharap tidak menggunakan aksi militer terhadap Korea Utara. Jika kami menggunakan opsi itu terhadap Korea Utara, maka hal tersebut akan menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi Korea Utara," kata Trump.
Trump, sebagaimana para pendahulunya, mungkin tidak menemukan cara melakukan negosiasi atau tekanan ekonomi dan militer yang dapat memaksa Korea Utara meninggalkan program nuklirnya. Amerika juga tidak memiliki pilihan selain mencoba menahannya dan menghalangi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un agar tidak menggunakan senjata nuklir.
Korea Utara telah melakukan uji coba nuklirnya yang keenam pada 2 September 2017. Negeri itu menguraikan bahwa rudal yang memiliki jelajah jarak jauh itu adalah rudal bom hidrogen dengan kekuatan daya ledak luar biasa. Insiden ini membuat Amerika dan sekutunya geram.
Sejumlah pejabat keamanan Amerika menolak menjelaskan mengenai rencana operasi militer, namun mereka mengakui kemungkinan akan melakukan serangan awal guna mencegah serangan brutal Korea Utara yang memiliki ribuan senjata artileri dan roket.
Bahkan Trump bersikeras menyatakan bahwa Amerika sudah tidak memiliki waktu untuk berbicara dengan Korea Utara, kendati sejumlah pejabat senior di pemerintahannya masih membuka pintu diplomasi guna menyelesaikan ketegangan ini.
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
36 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.