Krisis Rohingya, Myanmar Menuai Kemarahan Dunia Muslim

Reporter

Selasa, 5 September 2017 09:05 WIB

Warga Muslim Rusia salat berjamaah di jalanan kota Grozny, saat menggelar unjuk rasa, 4 September 2017. Krisis kemanusiaan kaum muslim Rohingya di Rakhine mengundang keprihatinan dunia. AP Photo/Musa Sadulayev

TEMPO.CO, Chechnya—Myanmar menghadapi kemarahan umat Muslim di seluruh dunia menyusul persekusi terhadap warga etnis minoritas Muslim Rohingya.

Seperti dilansir AP dan The New York Times, Selasa 5 September 2017, sejumlah unjuk rasa umat Muslim terjadi di berbagai negara di Asia, Australia dan Rusia atas operasi militer terakhir Myanmar yang telah menewaskan lebih dari 400 orang dan memaksa sedikitnya 90 ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.

Para demonstran terutama menyayangkan sikap diam pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, atas persekusi terhadap Rohingya. Tak sedikit peserta aksi maupun petisi online yang mendesak Komite Nobel untuk mencabut Nobel Perdamaian Suu Kyi.

Di Chechnya, puluhan ribu warga berunjuk rasa di jalanan mengutuk genosida yang dilakukan pemerintah Myanmar. Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, juga mengkritik pemerintah Rusia yang diam melihat kondisi yang menurutnya mirip Holocaust pada Perang Dunia II.

“Jika Rusia mendukung rezim setan ini, maka saya akan melawan Moskow,” kata dia dalam sebuah video yang diunggah sebelum unjuk rasa.

Di Canberra, sekitar 300 pengunjuk rasa dari komunitas Rohingya Myanmar berkumpul di luar gedung Parlemen Australia seraya mendesak pemerintah melakukan intervensi guna mencegah kekerasan terhadap minoritas muslim Myanmar.


Baca: Militer Myanmar Bunuh Kaum Rohingnya Termasuk Bayi

Juru bicara demonstran, Ahsan Haque menuding pemerintah Myanmar sedang melakukan pembersihkan etnis dan memberantas seluruh etnis Rohingya.

Mereka mendesak pemerintah Australia pemerintah Myanmar mengakhiri persekusi atau penarikan bantuan Australia ke negeri itu.

Desakan yang disampaikan di depan gedung parlemen tersebut tidak segera mendapatkan respon pemerintah Australia.

Selain di Negeri Kanguru, unjuk rasa menentang persekusi terhadap warga minoritas Rohingya juga terjadi di Indonesia.

Ratusan perempuan muslim berdemonstrasi di luar gedung kedutaan besar Myanmar di Jakarta sambil membakar foto Suu Kyi.

Aksi ini dikawal ketat oleh puluhan polisi bersenjata dengan memasang kawat berduri setelah terjadi lemparan bom molotov ke keduaan pada Ahad, 8 Agustus 2017.

“Dunia diam menghadapi pembantaian warga Muslim Rohingya,” ujar Farida, salah satu demonstran di Jakarta.

Kecaman juga datang dari pelapor khusus hak asasi manusia untuk Myanmar, Yanghee Lee. Ia mendesak Suu Kyi untuk melakukan intervensi agar menyelamatkan warga Rohingya dari persekusi. “Ini yang kita harapkan dari seluruh pemerintah di dunia, melindungi siapa pun yang berada dalam yuridiksinya,” tutur Lee kepada BBC.

THE NEW YORK TIMES | ABC NEWS | AP | SITA PLANASARI AQUADINI





Advertising
Advertising

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

5 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

13 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

1 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

2 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

3 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

3 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

4 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

5 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

5 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

6 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya