Militer Myanmar Bunuh Kaum Rohingnya Termasuk Bayi

Reporter

Senin, 28 Agustus 2017 13:36 WIB

Warga Rohingya membawa barang-barang mereka saat melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar, di Cox's Bazar, Bangladesh, 27 Agustus 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, Yangoon - Militer Myanmar dituding melakukan pembunuhan di melampaui batas hukum yang dimiliki di kawasan Rakhine yang dihuniwarga Muslim Rohingnya.

Menurut kesaksian warga dan sejumlah aktivis hak asasi manusia, para serdadu terlatih itu menembaki kaum pria Rohingya tak besenjata, perempuan, dan anak-anak.


"Bala tentara itu juga melakukan serangan dengan cara membakar apa saja yang ada di sana," kata saksi mata.


Baca: Paus Desak Myanmar Hentikan Kekerasan terhadap Rohingya

Otoritas di Myanmar mengatakan, serangan militer yang berlangsung sejak Jumat, 25 Agustus 2017, mengakibatkan sedikitnya 100 orang tewas.


Mereka menjelaskan, aksi bersenjata itu sengaja dilancarkan untuk memberangus perlawanan Tentara Penyelamat Arakan Rohingnya (ARSA) yang sebelumnya menyerbu pos polisi pada subuh dinihari.

Pemerintah Myanmar meyatakan bahwa mereka melancarkan perang melawan terorisme di Maungdaw, Buthidaung dan Rathedaung, kawasan yang dihuni sekitar 800 ribu orang.


Baca: Konflik Rohingya Tewaskan 89 Warga, AS Minta Myanmar Tahan Diri

Aziz Khan, seorang warga Maungdaw, mengatakan, militer menyerbu desanya pada Jumat subuh dan menembak tanpa pandang bulu ke arah mobil dan rumah penduduk.

"Pasukan pemerintah dan polisi penjaga perbatasan yang tewas sedikitnya 11 orang di desa saya. Ketika mereka tiba, mereka mulai menembak setiap yang bergerak. Selanjutnya, beberapa tentara melakukan pembakaran. Perempuan dan anak-anak termasuk yang tewas dalam aksi bersenjata tersebut," ucapnya.

"Sekalipun bayi, tak lepas dari amuk senjata militer Myanmar," tambahnya.


Advertising
Advertising

Menurut sejumlah aktivis pembela Rohingnya, jumlah korban tewas lebih besar daripada yang disebutkan pemerintah kepada media. Mereka menjelaskan, korban tewas sesuai dengan catatannya mencapai 800 minoritas Muslim, termasuk puluhan perempuan dan anak-anak.

"Mereka tewas akibat kekerasan," ucapnya. Namun demikian, informasi yang disampaikan aktivis Rohingya belum bisa dikonfirmasi ke pihak independen.

AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN

Berita terkait

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

5 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

7 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

8 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

10 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

10 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

11 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

13 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

14 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

19 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya