Seorang pendemo menggunakan masker gas air mata buatan tangan saat mengikuti protes di jalan tol dekat bandara La Carlota di Caracas, Venezuela (18/2). Leopoldo Lopez ditahan dengan tuduhan sebagai provokator aksi kekerasan yang menewaskan tiga orang dalam bentrokan beberapa hari yang lalu. (AP Photo/Rodrigo Abd)
TEMPO.CO, Caracas - Venezuela memindahkan tokoh oposisi Leopoldo Lopez ke dalam tahanan rumah setelah mendekam dalam kerangkeng besi di penjara militer selama tiga tahun.
Pengadilan Venezuela dalam pernyataannya, Sabtu, 8 Juli 2017, mengatakan pemindahan ini sebagai jaminan bahwa Lopez bakal dapat perlakuan manusiawi, termasuk untuk alasan kesehatannya.
"Leopoldo Lopez saat ini berada di Caracas bersama istri dan anak-anaknya," kata pengacaranya asal Spanyol, Javier Cremades, di Madrid.
"Dia tidak bebas, masih harus menjalani hukuman tahanan rumah," ujarnya.
Pria berusia 46 tahun dari Partai Kehendak Populer itu ditahan oleh aparat keamanan pada Februari 2014 karena dituding mengobarkan kekerasan selama unjuk rasa anti-pemerintah.
"Akibat demonstrasi tersebut setidaknya tiga orang meninggal dan puluhan lainnya luka-luka," tulis Al Jazeera.
Selanjutnya, dia ditangkap dan harus meringkuk dalam tahanan militer selama 3,5 tahun sebelum divonis hukuman penjara 14 tahun oleh pengadilan.
Cremades mengatakan istilah tahanan rumah bagi Lopez adalah dia harus menjalani hukuman di rumah dan tidak boleh bepergian.
"Ini adalah bentuk kelemahan pemerintah Maduro dan menjadi kekuatan oposisi," ucap Cremades. Maduro adalah Presiden Venezuela.
"Ini adalah langkah maju dan kabar positif," katanya melanjutkan.
Sejumlah negara asing dan kelompok hak asasi manusia mengkritik penahanan Lopez karena dianggap bermuatan politik.
Seorang jaksa Venezuela yang sekarang bermukim di Amerika Serikat untuk mencari suaka mengatakan dia pernah diminta pemerintah menangkap Lopez meski tidak didukung bukti kesalahannya.
Lilian Tintory, istri Lopez, melakukan kampanye di dalam dan luar negeri atas penahanan suaminya. Dia menuntut suaminya dibebaskan dari segala tudingan.
Pada Februari 2017, Tintory bertemu dengan Presiden Amerika Donald Trump di Gedung Putih. Hasil dari pertemuan tersebut, Trump meminta pemerintah Venezuela segera membebaskan Lopez. Hal itu disampaikan Trump melalui akun Twitter.