3 WNI Hilang di Atlantik, Begini Upaya Kementerian Luar Negeri

Reporter

Kamis, 29 Juni 2017 12:27 WIB

Peti jenazah Warno (37) salah satu ABK korban kecelekaan Kapal Oryong 501, saat hendak dimakamkan di Desa Gumayun, Dukuhwaru, Tegal, Jateng, 9 Januari 2015. Tempo/Dinda Leo Listy

TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Luar Negeri melalui Konsulat Jenderal RI Cape Town dan Kedutaan Besar RI Seoul berupaya mengevakuasi 3 warga negara Indonesia atau WNI yang hilang tersapu badai di Samudera Atlantik pada 13 Juni lalu.


Ketiga WNI yang masing-masing berinisial AK asal Sulawesi Utara, SG asal Slawi, Jawa Tengah dan WY asal Cirebon itu merupakan awak Kapal Oryong 355 berbendera Korea Selatan.

"Sejak awal diterima informasi, Menlu meminta agar (tim) Kemlu, KJRI Cape Town dan KBRI Seoul segera memberikan bantuan kepada korban sesuai peran masing-masing," ujar Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal, lewat keterangan tertulis, Kamis, 29 Juni 2017.

Iqbal berujar pihaknya pun berkoordinasi dengan agen pengirim dan menyampaikan pemberitahuan resmi kepada keluarga para korban.

Kapal Oryong 355, ujar Iqbal, diawaki oleh 25 anak buah kapal yang terdiri dari 15 WNI, 4 warga Vietnam, dan 6 warga Korea Selatan. Kapal berangkat dari Port Luis, Mauritius untuk menangkap ikan di Samudera Atlantik.

Pada 13 Juni 2017, lokasi penangkapan ikan diserang gelombang badai setinggi 8 meter. "Akibat badai tersebut 3 WNI ABK terbawa ombak, 12 ABK WNI lainnya selamat," tuturnya.

Pencarian 3 WNI sempat dilakukan oleh Oryong 355 dan sejumlah kapal Korea Selatan yang tengah berada di sekitar lokasi badai. Namun pencarian terpaksa dihentikan lantaran terhambat oleh gelombang yang tinggi serta suhu yang mencapai 0 derajat Celcius.

Kapal Oryong 355 sendiri mengalami kerusakan fisik sehingga harus berlabuh untuk perbaikan. Kapal itu, kata Iqbal, baru mencapai pelabuhan terdekat di Cape Town, Afrika Selatan, pada 22 Juni, setelah 9 hari pelayaran.

"Segera setelah kapal tiba di pelabuhan Cape Town, Tim PWNI KJRI Cape Town menyambangi ABK WNI, berkoordinasi dgn inspektur International Transport Workers Federation (ITF) serta otoritas pelabuhan," ujarnya.

Dari 12 WNI yang selamat, 10 orang meminta pulang usai mengalami trauma. "Sementara dua WNI lain memutuskan tetap bekerja," ujar Konjen RI Cape Town Krishna Adi Poetranto yang turun langsung menangani kasus tersebut.

Para WNI yang dipulangkan akhirnya tiba pada Rabu, 28 Juni 2017 di Bandara Soekarno-Hatta dengan Qatar Airways via Doha. Mereka dijemput BNP2TKI serta wakil agen pengirim.

Pihak agen pengirim, yaitu PT. Mitra Samudera Cakti dan keluarga 3 WNI ABK yang hilang telah mengkonfirmasi diterimanya hak-hak asuransi dari agen pada keluarga. Pihak keluarga juga menerima asuransi dari pemilik kapal, Sajo Industries Ltd.

"Pemilik kapal adalah perusahaan yang sama dengan pemilik kapal Oryong 501 yang tenggelam di Laut Bering pada akhir 2014. Saat itu Menlu langsung berkomunikasi dengan manajemen perusahaan pemilik kapal di Seoul untuk memastikan pemenuhan hak-hak korban," kata Iqbal lagi.

Saat ini terdapat sekitar 7000 ABK WNI berlabuh di pelabuhan Cape Town, Afrika Selatan, dan 3000 WNI di pelabuhan Port Luis, Mauritius, setiap tahunnya. Sebagian besar dari mereka bekerja di kapal berbendera Taiwan, Korea Selatan dan Jepang.

YOHANES PASKALIS

Berita terkait

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

1 menit lalu

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

Indonesia-Africa Forum kedua akan diselenggarakan di Bali pada 3 - 4 September 2024. Menlu Retno mengundang perwakilan dari Gambia.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

30 menit lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

3 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

5 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI membenarkan telah terjadi perkelahian sesama kelompok WNI di Korea Selatan persisnya pada 28 April 2024

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

7 hari lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

7 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

8 hari lalu

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

Taiwan kembali diguncang gempa bumi sampai dua kali pada Sabtu, 26 April 2024. Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam musibah ini

Baca Selengkapnya

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

9 hari lalu

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

IOM merupakan organisasi internasional pertama yang menerima Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

9 hari lalu

23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

Sebanyak 23 individu mendapat Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award karena telah berjasa dalam upaya pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

15 hari lalu

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

Mengapa Amerika Serikat tolak keanggotaan penuh Palestina di PBB dengan hak veto yang dimilikinya? Bagaimana sikap Indonesia?

Baca Selengkapnya