Sejumlah umat muslim bergantian meletakkan bunga saat memberi penghormatan pada korban serangan teror di Jembatan London, di Potter's Field Park, 5 Juni 2017. Para penyerang menabrakkan mobil mereka kepada para pejalan kaki di Jembatan London dan menikam sejumlah orang di Pasar Borough. AP/Tim Ireland
TEMPO.CO,London – Ratusan ulama Inggris menolak menyalatkan jenazah para pelaku serangan di Jembatan London.
Hingga kini telah tercatat sekitar 200 tanda tangan untuk menolak mendoakan jenazah para teroris yang menewaskan tujuh orang dan melukai 48 lainnya dalam seragan di Jembatan London pada Sabtu malam, 3 Juni 2017.
Inisiatif itu dimaksudkan untuk mengirim pesan yang kuat kepada ekstremis bahwa tindakan teror atas nama Islam mereka salah.
"Kami memutuskan bahwa kami perlu membuat pernyataan publik, untuk mengirim pesan yang secara efektif, Anda tidak diterima di komunitas kami baik dalam kehidupan atau kematian," kata Qari Asim, imam di Masjid Makkah di Leeds.
Yunus Dudhwala, kepala musala di rumah sakit St Bartholomew di London tengah, mengatakan belum pernah terjadi sebelumnya karena begitu banyak ulama Inggris yang bersatu dalam pernyataan semacam itu.
Pernyataan para imam tersebut tidak mengesampingkan layanan pemakaman yang diadakan untuk para pelaku, tambahnya.
"Pernyataan tersebut dimaksudkan untuk mencegah ekstremis yang percaya bahwa tindakan jihad akan dihargai di akhirat," kata Rehanah Sadiq, seorang ulama Islam.
Polisi telah merilis tiga nama pelaku seragan di Jembatan London, yakni Youssef Zaghba, seorang pemuda berusia 22 keturunan Italia-Maroko. Serta Khuran Shazad Butt, 27 tahun dan Rachid Redouane, 30 tahun. Keduanya berasal dari Barking, London Timur.