4 Warga Indonesia Ditahan Imigrasi Amerika Serikat

Reporter

Rabu, 10 Mei 2017 09:20 WIB

Minta suaka, 4 warga Indonesia terancam dideportasi Imigrasi Amerika Serikat atau ICE. wnyc.org

TEMPO.CO, New Jersey— Badan Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat atau ICE dilaporkan menahan empat warga Indonesia yang telah tinggal di New Jersey selama lebih dari 20 tahun. Keempat warga beragama Nasrani ini sebelumnya dilindungi dari deportasi oleh pemerintahan Presiden Barack Obama.


Seperti dilansir WYNC, Senin 8 Mei 2017, keempat orang yang ditahan pada Senin lalu adalah Arino Massie, yang memiliki anak berkewarganegaraan A.S.; Saul Timisela, yang memiliki istri dengan disabilitas; Rovani Wangko, yang sudah menikah dengan pemegang kartu hijau; dan Oldy Manopo, ayah dari seorang anak yang diizinkan untuk tinggal di bawah program "Dreamer".


Baca: Dua WNI di Amerika Serikat Terancam Deportasi


"Empat orang hebat dari komunitas kami, dua diantaranya baru saja kami doakan, kini berada di dalam tahanan imigrasi,” kata pendeta Seth Kaper-Dale dari Gereja Reformasi di Highland Park.


Seorang juru bicara ICE, Lou Martinez, membenarkan penangkapan itu. Keempat pria ini menurut Martinez berada dalam tahanan ICE sambil menunggu sidang dengan seorang hakim federal.


Advertising
Advertising

Tapi dia tidak menolak memberikan penjelasan mengapa mereka ditangkap.


Menurut Kaper-Dale keempat warga Indonesia itu melarikan diri dari kampung halaman, karena sebagai penganut Nasrani mereka mengalami penganiayaan.


Baca: Percepat Deportasi, Hakim Dikirim ke 12 Kota di Amerika Serikat


Kepada The New York Times pada 2012, Saul Timisela menceritakan sejumlah warga anti-Kristen di Indonesia telah memenggal seorang kerabat yang bekerja sebagai pendeta dan membakar gerejanya.


"Kami mencari kehidupan yang lebih baik, kebebasan beribadah," kata Timesela saat itu.


Kaper-Dale menuturkan, keempat warga Indonesia ini tiba di Amerika Serikat dengan visa turis pada 1990-an setelah melarikan diri dari apa yang mereka gambarkan sebagai penganiayaan agama.


Meskipun mereka penganut Kristen, setelah 11 September 2001, semua pemegang visa sementara laki-laki dari negara-negara Muslim, diminta mengikuti kebijakan Pemerintahan Bush untuk mendaftar ke pemerintah federal. Itulah yang membuat mereka berada dalam radar ICE.


Mereka, kata Kaper-Dale, kemudian mengajukan permohonan suaka, namun permohonan mereka ditolak karena melewatkan tenggat waktu yang berakhir satu tahun setelah kedatangan mereka.


Jadi mereka tinggal di New Jersey tanpa status warga permanen, bekerja sebagai buruh di gudang dan pabrik, hingga ICE mendeportasi sekelompok orang Kristen Indonesia pada 2006. Keempat pria ini selamat dari upaya deportasi.


Pada 2009, Kaper-Dale membantu mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Obama yang memungkinkan puluhan orang untuk tinggal di negara tersebut di bawah masa percobaan yang dikenal sebagai "pengawasan".


Kesepakatan itu hanya berlangsung hingga 2012, saat deportasi dilanjutkan. Jadi, Kaper-Dale mengubah gerejanya menjadi tempat perlindungan yang aman, menampung orang-orang Kristen Indonesia selama 11 bulan. Kesulitan mereka mendapat perhatian media nasional.


Baca: Efek Kebijakan Imigrasi Donald Trump, 60 Ribu Visa Dicabut


Untuk membantu mereka tetap bertahan, Kaper-Dale berargumen orang-orang Indonesia ini telah berkontribusi kepada masyarakat. Salah satu warga Indonesia yang dijadwalkan untuk dideportasi, Harry Pangemanan, telah membantu membangun kembali 200 rumah setelah Topan Sandy menghantam.


Mereka dibebaskan dengan pengawasan. Namun sejak Donald Trump berkuasa, aturan berubah.


Dua bulan yang lalu, mereka menghadiri sebuah pertemuan tahunan dengan ICE di Newark. Pertemuan ini, seperti dilaporkan WNYC, apda zaman Obama dilakukan sebagai kegiatan rutin dan birokratis. Tapi di era Presiden Trump, warga pendatang menghadapi risiko besar.


Pada pertemuan itu, para pria diminta kembali dengan paspor mereka. Mereka muncul Senin dengan pengacara, kata Kaper-Dale.


Setelah agen ICE pada awalnya menunjukkan bahwa mereka akan dibebaskan dan diizinkan untuk diperiksa kembali di kemudian hari seperti yang terjadi dari tahun ke tahun, mereka justru ditangkap dan dibawa ke fasilitas penahanan imigrasi untuk nirlaba di Elizabeth, NJ, Amerika Serikat.


WYNC | SITA PLANASARI AQUADINI

Berita terkait

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

3 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

4 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

5 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

7 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

17 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

22 jam lalu

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

Komandan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat untuk wilayah Pasifik (USARPAC) kunjungan kerja ke Markas Besar TNI, Jakarta pada 21-23 April 2024

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

22 jam lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

23 jam lalu

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

Investigasi baru NHTSA berfokus pada pembaruan perangkat lunak dari Tesla untuk memperbaiki masalah ini pada bulan Desember.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

1 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

1 hari lalu

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

Ratusan polisi Kota New York menyerbu Universitas Columbia untuk membubarkan pengunjuk rasa pro-Palestina

Baca Selengkapnya