Bulava adalah rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) terbaru milik Rusia. Bulava akan menjadi senjata andalan kapal selam kelas Borey. Rudal ini mampu membawa 10 kepala rudal nuklir independen (MIRV) berkecepatan hipersonik dan masing-masing berkekuatan 140 kiloton. Setiap MIRV dapat mencari sasaran sendiri-sendiri. Bulava dirancang untuk tahan terhadap ledakan bom nuklir pada jarak minimal 500 meter. Rudal balistik ini merupakan SLBM tercanggih milik Rusia. defence.pk
TEMPO.CO, Moscow-Seorang pensiunan kolonel Rusia bernama Viktor Baranetz mengungkapkan kekuatan rudal nuklir Rusia yang ditempatkan di perairan timur Amerika. Jika rudal itu menembak sasaran, maka akan memicu terjadinya tsunami yang mampu melenyapkan perairan Amerika Serikat.
Menurut Baranetz, rudal nuklir itu didisain seefektif mungkin di antaranya rudal dikendalikan dari udara. Itu artinya lintasan rudal nuklir itu tidak dapat dikalkulasi.
Rusia, ujar Baranetz yang juga mantan juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, fokus pada pengembangan respons asimteris dalam menghadapi Amerika.
"Respons asimetris kami adalah hulu ledak nuklir yang mampu memodifikasinya sehingga tak ada komputer yang dapat mengkalkulasi lintasannya," kata Baranetz mengungkapkan kecanggihan senjata nuklir Rusia kepada surat kabar Rusia, Komsomolskaya Pravda dan dikutip Daily Mail pada Selasa, 2 Mei 2017.
Baranetz mengungkapkan kekuatan senjata nuklir Rusia yang masih "tidur" untuk menanggapi penempatan pasukan dan peralatan perang milik Amerika Serikat di perbatasan Rusia.
"Amerika menempatkan tank mereka, pesawat terbang, dan batalion khusus di sepanjang perbatasan Rusia. Dan kami menempatkan perlahan-lahan rudal nuklir di garis pantai Amerika. Rudal-rudal itu ada di dalam dan tidur hingga menerima perintah..," kata Baranetz.
Kota seperti New York dan Mianmi akan luluh lantak disapu tsunami, kata Baranetz.
Dari segi anggaran belanja pertahanan, menurut Baranetz, Rusia tidak akan bersaing dengan Amerika Serikat. Sebagai gambaran, anggaran belanja pertahanan Amerika Serikat selalu berada dalam urutan pertama di dunia, yakni hampir US$ 600 miliar. Jumlah ini sepuluh kali lebih besar daripada Rusia.
Namun, ujar pensiunan kolonel ini, Rusia ada di kelas yang berbeda dengan Amerika Serikat. "Bagi kami, pertanyaan utama adalah cara Rusia memastikan biaya pertahanan agar lebih rendah. Jadi saya yakin kami telah menemukan respons asimetris. Saya tidak melihat ada masalah di sini," ujar Baranetz seperti dikutip dari Telegraph, 2 Mei.
Menanggapi pernyataan Baranetz, juru bicara pemerintah Rusia mengganggap pernyataannya itu aneh dan menyarankan agar tidak ditanggapi serius.