Semenanjung Korea Memanas, Bercermin dari Sejarah Perang Korea

Reporter

Selasa, 25 April 2017 14:10 WIB

Pos penjagaan militer Korea Utara (belakang) dan Korea Selatan (bawah) terlihat di zona demiliterisasi, 8 Januari, 2016. Zona demiliterisasi menjadi sebuah tempat bersejarah dimana pernah terjadi perang antara Korea Selatan dan Korea Utara. AP Photo

TEMPO.CO, Pyongyang -Ketegangan yang meningkat di Semenanjung Korea telah mengingatkan kembali pada perang selama tiga tahun di wilayah itu yang dikenang sebagai Perang Korea. Rakyat Korea saling bunuh demi ideologi liberal yang dibawa Barat dan komunis oleh Cina dan Rusia 64 tahun silam.

Akhir Perang Korea membuat Korea dibagi menjadi dua bagian yang pembatasnya berdasarkan garis lintang 38 derajat atau dikenal sebagai zona demiliterisasi atau DMZ.

Baca juga: Cina Minta Amerika Serikat Menahan Diri Hadapi Korea Utara

Uni Soviet menempati wilayah utara di seberang garis 38 dan Amerika Serikat bersama sekutu Baratnya menempati daerah selatan sampai tahun 1948. Setelah itu terciptalah dua negara baru dengan ideologi berlawanan pada tahun 1948. Republik Korea atau Korea Selatan berideologi demokrasi liberal ala Barat dan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) beridIeologi komunis ala Uni Soviet dan Cina.

Penyebab Perang Korea
Penyebab perang yang pecah pada Juli 1950 itu adalah ketika puluhan ribu tentara rakyat Korea Utara menduduki wilayah 38 derajat Lintang Utara. Korea Utara berusaha menduduki Korea Selatan untuk mempersatukan Semenanjung Korea dibawah ideologi komunis.

Korea Utara dibantu sekutu Komunisnya termasuk Cina dan Uni Soviet sedangkan Korea Selatan dibantu Amerika Serikat dan sekutu Baratnya.

Baca juga: Rusia Veto Pernyataan Kutukan Dewan Keamanan PBB ke Korea Utara

Fakta lain Perang Korea
PBB memainkan peran dalam perang itu dengan meminta mengirim bantuan militer ke Korea Selatan. Sebanyka 16 negara mengirim pasukan dan 41 lainnya mengirim peralatan tempur atau bantuan lainnya.

Cina bertempur di sisi Korea Utara dengan dibantu Uni Soviet yang mengirimi peralatan militer. Amerika Serikat menyumbang sekitar 90 persn pasukan yang dikirim untuk membantu Korea Selatan.

Perang yang diketahui sebagai perang proxy itu, ditandai dengan pertempuran antara pesawat jet. Perang Korea belum secara resmi berakhir. Hanya ditandai dengan gencatan senjata setelah perang selama dua tahun 17 hari. Belum pernah ada perjanjian damai, jadi secara teknis, Perang Korea tidak pernah berakhir.

Baca juga: Putin Kirim Pasukan Militer ke Perbatasan Korea Utara

Kerugian Amerika Serikat Akibat Perang
Amerika Serikat menghabiskan dana sekitar US$ 67 miliar untuk perang itu. Jumlah korban dari pihak Amerika Serikat mencapai 54.246 jiwa hingga tahun 2000. Pentagon mengatakan jumlah itu termasuk yang tewas di luar arena Perang Korea.

Ada lebih dari 7.800 tentara Amerika yang masih belum ditemukan sejak Perang Korea hingga Juni 2016. Sementara 103 ribu tentara Amerika terluka dan cedera dalam perang itu.

Kerugian Korea Selatan dan Korea Utara dan Negara lainnya
Korea Selatan:
Sebanyak 217.000 tentara Korea Selatan tewas dalam perang. Sekitar 1 juta warga sipil negara itu juga tewas akibat perang itu.

Korea Utara:
Sebanyak 406.000 anggota militer Pyongyang dan 600.000 warga sipil tewas dalam perang itu.

Cina:
Sebanyak 600.000 pasukan Cina tewas dalam perang itu.

Baca juga: Pence Ingatkan Korea Utara Tak Uji Kesabaran Amerika

Lini Masa Perang Korea
November 1947 - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui pemilihan umum yang akan diadakan di seluruh Korea untuk memilih pemerintah sementara. Uni Soviet menentang hal ini.

10 Mei 1948 - Rakyat Korea Selatan memilih sebuah majelis nasional, membentuk pemerintahan Republik Korea. Orang-orang utara menolak untuk ambil bagian.

9 September 1948 - Komunis Korea Utara mendirikan Republik Rakyat Demokratik Korea.

25 Juni 1950 - 135 ribu tentara dari Tentara Rakyat Korea Utara atau PKB melintasi garis lintang utara 38 derajat dan menyerang Republik Korea atau ROK.

25 Juni 1950 - Dewan Keamanan PBB mengecam tindakan Korea Utara dan menyerukan penghentian permusuhan dan penarikan pasukan ke garis lintang utara 38 derajat.

26 Juni 1950 - Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman memerintahkan Jenderal Douglas MacArthur untuk mengevakuasi orang-orang Amerika dari Korea dan membantu ROK.

30 Juni 1950 - Truman memerintahkan pasukan darat untuk beraksi.

Juli 1950 - Pada bulan pertama perang, tentara Amerika membunuh sejumlah besar warga sipil Korea di bawah sebuah jembatan, di dekat sebuah desa bernama No Gun Ri. Tidak jelas apakah tentara diperintahkan untuk membunuh warga sipil atau bertindak sendiri.

5 Juli 1950 - Untuk pertama kalinya sejak akhir Perang Dunia II, pasukan Amerika bertempur, di Osan, 30 mil selatan Seoul. Korban pertama Amerika dari Perang Korea meninggal di daerah itu, Prajurit Kenneth Shadrick dari West Virginia.

23 Juni 1951 - Jacob Malik, delegasi Soviet untuk PBB mengusulkan sebuah gencatan senjata.

10 Juli 1951 - Perundingan gencatan senjata dimulai di Kaesong.

25 Oktober 1951 - Perundingan gencatan senjata dipindahkan ke Panmunjom.

27 November 1951 - Kedua belah pihak sepakat bahwa garis pertempuran yang ada akan menjadi garis pemisah akhir antara Korea Utara dan Korea Selatan jika gencatan senjata dicapai dalam 30 hari.

April 1952 - Perundingan menemui jalan buntu karena repatriasi sukarela.

8 Oktober 1952 - Perundingan gencatan senjata ditunda.

26 April 1953 - Perundingan gencatan senjata dilanjutkan, dan Komunis menyetujui pemulangan sukarela.

27 Juli 1953 - Republik Rakyat Demokratik Korea Utara, Relawan Rakyat China dan PBB menandatangani sebuah kesepakatan gencatan senjata. Republik Korea menolak untuk menandatangani. Namun, permusuhan berhenti dalam 12 jam.

Syarat gencatan senjata mencakup pembuatan zona demiliterisasi, DMZ. Masing-masing sisi adalah 2.200 meter dari titik pusat. DMZ dipatroli oleh kedua belah pihak setiap saat.

CNN|YON DEMA

Berita terkait

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

34 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

50 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

21 September 2023

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

Presiden Jokowi berulangkali tidak hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

20 September 2023

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

Pembelajaran sepanjang hayat dan meningkatkan keterampilan menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG.

Baca Selengkapnya

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

26 April 2023

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

Dua kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mewakili Indonesia di forum diskusi internasional ECOSOC Youth Forum PBBB

Baca Selengkapnya

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

5 April 2023

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

Larangan Taliban mendorong PBB meminta semua staf - pria dan wanita - untuk tidak masuk kerja selama 48 jam.

Baca Selengkapnya

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

29 April 2022

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

Pada tahun ini Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menembus posisi 10 besar dunia untuk SDG 1, yaitu No Poverty atau Tanpa Kemiskinan.

Baca Selengkapnya

Siswa MAN 2 Mataram Wakili Indonesia di Simulasi Sidang PBB

2 Maret 2022

Siswa MAN 2 Mataram Wakili Indonesia di Simulasi Sidang PBB

Muhammad Andrianudin, siswa kelas 12 Program Keagamaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mataram menjadi wakil Indonesia di simulasi sidang PBB atau MUN.

Baca Selengkapnya