Referendum Konstitusi Turki, Partai Oposisi Berpengaruh Terbelah

Reporter

Minggu, 16 April 2017 13:02 WIB

Meral Aksener dan Ketua MHP, Devlet Bahceli. yenisoluk.com

TEMPO.CO, Istanbul- Proses referendum konstitusi Turki untuk mengubah sistem pemerintahan membuat partai oposisi paling berpengaruh, Partai Gerakan Nasionalis (MHP) terbelah.


Anggota MHP yang menolak referendum atau No dipimpin tokoh oposisi terkenal Turki, Meral Aksener. Adapun anggota partai yang mendukung Ya untuk referendum, dipimpin oleh Ketua MHP, Devlet Bahceli.


Baca: Referendum Konstitusi Turki, Pemilih Ya Yakin Menang Mudah


Menurut Aksener, memilih Ya dalam referendum sama saja membiarkan sistem kediktatoran hidup di Turki.


Mantan menteri dalam negeri perempuan pertama Turki ini menegaskan, tujuan presiden Recep Tayyip Erdogan menggelar referendum adalah untuk menghapus sistem checks and balances, sistem yang berperan untuk mengawasi presiden agar tidak semena-mena menjalankan wewenang atau jabatannya.


Advertising
Advertising

"Dalam sistem parlementer kita memiliki checks and balances. Namun presidensial tidak ada," kata Aksener kepada ribuan pendukungnya sebagaimana dikutip dari BBC.


Sehingga Aksener yakin siapapun yang menjalankan kekuasaan di Turki dengan sistem pemerintahan presidensial akan melakukan tindakan semena-mena.


Beraliran kanan, Aksener yang sudah dipecat dari partainya, masih mendapat dukungan MHP di akar rumput melawan garis partai yang mendukung pemerintahan dan perubahan konstitusi.


Baca: Referendum Turki, 55 Juta Orang Menuju Bilik Suara Termasuk Napi


Bersama dengan beberapa tokoh ultranasionalis lainnya, Aksener berusaha membunuh ambisi Erdogan dalam referendum dengan membuat blok No. Hal ini membuahkan berbagai intimidasi terhadap dirinya dan anggota blok NO lainnya.


Aksener memastikan 80 persen anggota MHP akan memberikan suaranya untuk menolak referendum.


Sikap berbeda disuarakan Devlet Bahceli. Ia menggariskan partainya mendukung Erdogan atau Yes sejak tahun lalu. MHP kini menjadi sekutu Erdogan dan partai penguasa, AKP.


Padahal sebelumnya, Bahceli kerap bersuara vokal mengkritik usulan Erdogan untuk mengamendemen konstitusi Turki.


Bahceli beralasan dirinya saat ini percaya pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada presiden dibutuhkan untuk melindungi Turki.


"Kami mengatakan Ya, kepada sistem untuk bertahan hidup, bukan pada figur. Kami mengatakan ya, untuk keberlangsungan Republik Turki," kata Bahceli.


Baca: Eksklusif, Catatan Jurnalis Turki Soal Referendum Konstitusi


Perubahan garis partai MHP dalam referendum, tidak mendapat dukungan bulat dari anggotanya. Muncul desakan dari dalam partai MHP untuk melengserkannya. Hasil jajak pendapat menjadi satu alasan mendorong Bahceli diganti. Namun partai baru akan membahasnya dalam kongres pada Maret tahun depan.


Perpecahan dalam tubuh partai oposisi MHP diperkirakan akan menambah kuat dukungan kepada Erdogan. Partai pemilik 10 persen suara di parlemen, akan berpindah ke AKP. Jumlah itu cukup bagi Erdogan memenangkan referendum dan mewujudkan ambisinya.


Dari hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan sebanyak 52 persen penduduk Turki ingin mengubah sistem pemerintahannya dari parlementer menjadi presidensial. Ini artinya, peluang menang kelompok Ya dalam referendum semakin besar.


Erdogan diuntungkan dengan pecahnya kelompok oposisi dalam tubuh MHP. Referendum konstitusi Turki ini akan mengubah sistem pemerintahan dari parlementer menjadi presidensial.


BBC |CHANNEL NEWSASIA | POLITICO | YON DEMA | MARIA RITA

Berita terkait

Turki Tangkap Pemimpin Redaksi Cumhuriyet Tanpa Jelas Alasannya

12 Mei 2017

Turki Tangkap Pemimpin Redaksi Cumhuriyet Tanpa Jelas Alasannya

Polisi Turki menangkap pemimpin redaksi surat kabar online Cumhuriyet tanpa jelas alasannya.

Baca Selengkapnya

Malaysia Deportasi Tiga Pendukung Fethullah Gulen

12 Mei 2017

Malaysia Deportasi Tiga Pendukung Fethullah Gulen

Malaysia deportasi tiga pendukung Gulen yang dituduh terlibat percobaan kudeta pada Juli tahun lalu di Turki.

Baca Selengkapnya

Usai Referendum, Turki Putus Hubungan dengan Uni Eropa

3 Mei 2017

Usai Referendum, Turki Putus Hubungan dengan Uni Eropa

Sejumlah pemerintahan di Uni Eropa menuding sikap Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan terhadap para pelaku kudeta Juli 2016 terlalu keras.

Baca Selengkapnya

KPU Turki Tolak Batalkan Hasil Referendum Konstitusi

20 April 2017

KPU Turki Tolak Batalkan Hasil Referendum Konstitusi

Komisi Pemilihan Umum Turki (YSK) menolak permintaan partai oposisi utama agar membatalkan hasil referendum mengenai perubahan konstitusi

Baca Selengkapnya

Presiden Erdogan Dirikan Museum Peringatan Kudeta Gagal  

19 April 2017

Presiden Erdogan Dirikan Museum Peringatan Kudeta Gagal  

Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan akan mendirikan museum khusus mengenang kudeta gagal pada 15 Juli 2016.

Baca Selengkapnya

49 Pengunjuk Rasa Tolak Referendum Turki Ditangkap

19 April 2017

49 Pengunjuk Rasa Tolak Referendum Turki Ditangkap

Sedikitnya 49 pengunjuk rasa ditahan setelah menggelar aksi protes menolak hasil referendum Turki.

Baca Selengkapnya

Hasil Referendum Turki Dievaluasi Setelah Oposisi Protes

19 April 2017

Hasil Referendum Turki Dievaluasi Setelah Oposisi Protes

Dewan Tertinggi Pemilihan Turki menyatakan pihaknya akan mengevaluasi hasil referendum setelah oposisi menyatakan keberatan.

Baca Selengkapnya

Setelah Referendum Turki, Masa Darurat Diperpanjang

19 April 2017

Setelah Referendum Turki, Masa Darurat Diperpanjang

Pasca-referendum konstitusi, parlemen Turki mengesahkan perpanjangan keadaan darurat yang sudah diberlakukan selama sembilan bulan terakhir

Baca Selengkapnya

Pemantau Referendum Turki Duga 2,5 Juta Suara Dimanipulasi  

18 April 2017

Pemantau Referendum Turki Duga 2,5 Juta Suara Dimanipulasi  

Dewan Eropa, yang memantau referendum Turki, curiga lebih dari 2,5 juta suara telah dimanipulasi.

Baca Selengkapnya

Cuek Dikritik Barat, Erdogan: Biar Mereka Bicara ke Tangan Saya

18 April 2017

Cuek Dikritik Barat, Erdogan: Biar Mereka Bicara ke Tangan Saya

Presiden Turki,Erdogan tidak peduli dengan kritikan lembaga pemantau referendum dari Barat dan berujar: biarkan mereka bicara dengan tangan saya.

Baca Selengkapnya