Pembelot Korea Utara, mempersiapkan diri untuk melepaskan balon yang berisi selebaran propaganda menentang uji nuklir Korea Utara, dekat Zona Demiliterisasi (DMZ) di Paju, Korea Selatan (3/5). Selebaran juga mengecam pemerintah Korea Utara untuk pelanggaran hak asasi manusia di Korut. (Chung Sung-Jun/Getty Images)
TEMPO.CO, Seoul - Untuk pertama kalinya dalam dua dekade ini, Korea Selatan menaikkan hadiah uang bagi para pembelot Korea Utara yang memberikan informasi kelas A.
Menurut laporan National Radio Public (NPR) Amerika Serikat, hadiah bagi para pembelot Korea Utara dinaikkan empat kali lipat. Semula, hadiah itu berupa uang sebesar Rp 2,8 miliar. Kini, pemerintah Korea Selatan menaikkannya menjadi Rp 11,5 miliar.
Kantor berita Yonhap mengatakan hadiah uang kontan itu diberikan kepada orang-orang yang memberikan informasi intelijen dan pengetahuan yang dapat memperkuat keamanan Korea Selatan.
Kenaikan itu sangat wajar karena pembelot menanggung risiko tinggi, termasuk menaruhkan nyawa.
Bagi warga Korea Utara, ujar Elise Hu dari NPR, pembelotan itu tidak hanya berbahaya bagi mereka, tapi juga sangat mahal nilainya. Sebab, para pembelot itu banyak mengandalkan jaringan perdagangan manusia dan makelar yang menginginkan bayaran tinggi.
Seorang pejabat di Kementerian Unifikasi Korea Selatan menjelaskan kepada Yonhap, salah satu alasan warga Korea Utara was-was melakukan pembelotan adalah mereka merasa takut atas kehidupannya setelah berada di Korea Selatan.
Peningkatan hadiah itu, tutur pejabat tersebut, setidaknya dapat meringankan kekhawatiran mereka di Korea Selatan.
NPR dalam laporannya, Ahad, 5 Maret 2017, mengatakan, selain menerima para pembelot, Korea Selatan sangat tertarik dengan senjata Korea Utara. Karena itu, mereka bakal membayar mahal para serdadu Korea Utara yang membelot beserta membawa peralatan tempurnya, seperti kendaraan lapis baja dan artileri.