Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia, Kang Chol (C) meninggalkan kamar mayat di Rumah Sakit Umum Kuala Lumpur, lokasi otopsi tubuh Kim Jong Nam, di Malaysia, 15 Februari 2017. Kim Jong Nam tewas dalam perjalanan ke RS setelah tiba-tiba mengeluh sakit di bandara. REUTERS/Edgar Su
TEMPO.CO, Singapura - Intelijen Korea Utara sudah beroperasi di Malaysia, Singapura dan Indonesia sejak 20 tahun lalu. Menurut sumber intelijen, operasi intelijen Korea Utara (RGB) di tiga negara Asia Tenggara ini merupakan yang terbesar di luar Korea Utara. Di Indonesia, intelijen Korea Utara disebut berkedok restoran.
Malaysia, Indonesia, dan Singapura menjadi pilihan utama RGB dalam mengelola operasi rahasia negara itu.
RGB berada di bawah Departemen Keamanan Negara Korea Utara atau Departemen Keamanan dan membuat laporan langsung kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Dalam melakukan aktivitas intelijennya, RGB melakukan penyamaran dengan bekerja sebagai insinyur, konsultan teknis dalam industri konstruksi, dan mengelola restoran Korea.
"Mereka menggunakan restoran sebagai tempat mengumpulkan informasi intelijen dan pengawasan, menyasar politisi, diplomat, perusahaan dan pengusaha Jepang serta Korea Selatan yang datang berkunjung atau bekerja di negara ini," kata sumber terpercaya itu, seperti yang dilansir AsiaOne pada 17 Februari 2017.
Di Indonesia, sang sumber mengatakan bahwa RGB juga diketahui mengelola pabrik tekstil di beberapa kota besar Indonesia termasuk Jakarta. RGB juga menjalankan tugas intelijennya dengan berkedok restoran di Jakarta.
"Satu dari tempat di atas restoran Korea Utara yang berada di tengah Jakarta, merupakan kantor RGB Indonesia," katanya.
Untuk mendanai jaringan itu, sang sumber yang identitasnya dirahasiakan mengatakan RGB terlibat dalam penyelundupan narkoba. RGB pernah berusaha menyelundupkan 125 kilogram heroin ke Australia melalui Pong Su, sebuah kapal komersial pada 2003, namun gagal.
Penyelidikan kasus penyelundupan heroin tersebut oleh polisi Australia menyebutkan RGB menggunakan Pelabuhan Klang sebagai tempat transit untuk menyembunyikan obat terlarang itu.
RGB juga menggunakan Malaysia pada awal tahun 2000 sebagai satu dari tujuan untuk mengubah sandi bahan kimia terlarang, yang digunakan untuk membuat gas saraf ke Pyongyang melalui Cina.