867 Kasus Kebencian Agama Terjadi Sejak Trump Menang Pilpres

Reporter

Kamis, 1 Desember 2016 21:47 WIB

Seorang anak melihat pesan tertulis di post-it notes yang berisikan tentang pemilihan Presiden terpilih Donald Trump di New York, AS, 15 November 2016. Catatan kecil ini merupakan bentuk protes warga Amerika setelah terpilihanya Trump sebagai Presiden. REUTERS/Lucas Jackson

TEMPO.CO, New York - Sebanyak 867 kasus bermotif kebencian dan diskriminasi agama dicatat di Amerika Serikat (AS) hanya dalam kurun waktu 10 hari sejak Donald Trump memenangkan pemilihan Presiden pada 8 November lalu.

Menurut organisasi yang memantau kejahatan tersebut, Southern Poverty Law Center (SPLC), kebanyakan penyerang berani melakukan perbuatan tersebut sebagai tindaklanjut atas kemenangan Trump dalam pemilihan presiden. Trump selama kampanye banyak mengeluarkan pernyataan kontroversial yang membuat masyarakat Islam dan imigran sebagai sasaran.

Baca:
DK PBB Larang Korea Utara Ekspor Batubara ke Cina
Kelompok Bersenjata Serang Konvoi Presiden Duterte
Kuba Berkabung, Dilarang Jual Minuman Beralkohol 9 Hari

Presiden SPLC, Richard Cohen menjelaskan, penyerang juga mengutip nama Trump saat melakukan aksinya, sehingga memperlihatkan pertambahan jumlah kasus tersebut terjadi karena kemenangannya.

"Jumlah kasus yang banyak ini sangat mengkhawatirkan," ungkap Cohen, seperti dilansir Press TV pada 30 November 2016.

Cohen menambahkan, kebanyakan korban yang diserang juga tidak pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya. "Korban juga mengatakan, kejahatan kebencian yang dihadapi mereka semakin meningkat, tidak seperti sebelumnya," katanya.

Lebih lanjut Cohen menjelaskan, mayoritas dari insiden itu melibatkan coretan grafiti atau kekerasan verbal, namun hanya sedikit pertengkaran melibatkan serangan fisik yang dilaporkan.

Jumlah kasus tertinggi dilaporkan di California dengan 99 kasus.

Zeinab Arain dari kelompok Council on American-Islamic Relations (CAIR), mengatakan bahwa dari tanggal 9 hingga 18 November terdapat 111 insiden anti-Muslim.

"Banyak dari mereka yang terlibat adalah wanita berjilbab, di mana jilbab mereka ditarik paksa, anak-anak muslim diejek di sekolahnya, dan beberapa serangan fisik," katanya.

Trump sendiri menolak bertanggung jawab atas kekerasan itu dan dalam sebuah wawancara meminta agar pera pelaku menghentikan aksi kejinya. Dalam wawancara November 23 dengan The New York Times, Trump mengaku ia tidak tahu mengapa supremasi kulit putih begitu terpengaruh oleh kampanyenya.

AL JAZEERA | PRESS TV | YON DEMA

Berita terkait

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

16 jam lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

1 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

10 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

17 hari lalu

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

21 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

28 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

30 hari lalu

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

Joe Biden 81 tahun dan Donald Trump 78 tahun akan bertarung di kontestasi pemilihan Presiden AS di usia yang tak lagi muda.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

33 hari lalu

Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

Top 3 dunia adalah Joe Biden akan bertanding ulang melawan Donald Trump di Pilpres AS hingga masyarakat Arab di Amerika Serikat kecewa.

Baca Selengkapnya

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

33 hari lalu

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.

Baca Selengkapnya

Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

33 hari lalu

Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

Pada pemilihan Presiden AS, Joe Biden akan tanding ulang dengan Donald Trump. Bagaimana sistem pemilu di Amerika Serikat?

Baca Selengkapnya