TEMPO.CO, Havana- Pemerintah Kuba melarang penjualan alkohol serta membatalkan semua acara hiburan yang menjadi atraksi utama wisatawan selama sembilan hari berkabung menyusul kematian pemimpin negara itu, Fidel Castro.
Kelompok wisatawan yang ingin menikmati minuman keras tradisional 'daiquiri' di El Floridita dan pertunjukan hiburan terpaksa melupakan hasrat itu sehubungan dengan larangan tersebut.
Sepasang turis dari Spanyol yang ditemukan di Old Havana mengatakan, mereka telah terbiasa dengan kondisi saat negara yang sedang berkabung.
Baca:
Castro Wafat, Trump Ancam Batalkan Perjanjian Kuba-AS
Pemakaman Fidel Castro Tak Dihadiri Pemimpin Terkemuka Dunia
"Sebagai wisatawan pasti akan menikmati rum atau bir, tapi kami memahami dan menghormatinya. Apapun saya bangga bisa menjadi bagian dari momen bersejarah di negara ini," kata wisatawan dari Madrid, Vincente Pavon, 28.
Wisatawan lain asal Amerika Serikat (AS) yang mengunjungi Kuba khusus untuk mengikuti prosesi pemakaman Castro mengatakan bahwa mereka telah mengenal Castro dengan lebih baik. Apa yang didapat mereka berbeda dengan apa yang mereka dengan selama ini di negaranya. Menurut mereka, citra pemimpin revolusioner Kuba tersebut di Amerika Serikat selama ini dikenal sebagai diktator yang dipenjara sebagai pemberontak.
"Saya memiliki pemahaman yang berbeda terkait Fidel. Saya melihat bahwa ia telah melakukan hal-hal yang baik," kata Sandi Rockers, akuntan publik 52-tahun dari New Mexico, mengutip perawatan kesehatan gratis dan pendidikan yang tersedia di Kuba.
Wisatawan asal AS telah datang berbondong-bondong ke Kuba sejak Presiden Barack Obama dan Presiden Kuba, Raul Castro memutuskan untuk memulihkan hubungan pada Desember 2014.
Embargo AS selama puluhan tahun masih melarang warga Amerika melakukan perjalanan ke Kuba sebagai wisatawan biasa. Mereka dapat mengunjungi dengan izin khusus dan Obama telah menghapus banyak prosedur birokrasi untuk mengunjungi negara itu dengan lebih mudah.
Hampir 137.000 orang Amerika melakukan perjalanan ke Kuba pada semester pertama tahun ini, meningkat 80 persen dari periode yang sama di tahun 2015.
SOUTH CHINA MORNING POST|YON DEMA