Pendukung Trump dan Clinton Saling Memutuskan Pertemanan

Reporter

Editor

Natalia Santi

Senin, 7 November 2016 11:44 WIB

Capres AS dari Republik, Donald Trump (kiri) dan Capres Demokrat, Hillary Clinton, bertemu dalam debat kampanye presiden di UNLV di Las Vegas, Nevada, AS, 19 Oktober 2016. Ini merupakan debat terakhir mereka sebelum pemilihan. REUTERS/Mike Blake

TEMPO.CO, Washington DC - Memutuskan pertemanan (unfriend) atau berhenti mengikuti (unfollow) di laman Facebook karena perbedaan pandangan atau selisih pendapat ternyata tidak semata terjadi di Indonesia.

Salah satu topik yang dibicarakan seluruh dunia saat ini adalah pemilihan presiden Amerika Serikat. Media sosial Facebook menyatakan demikian. Namun mereka tidak menghitung berapa banyak orang memutuskan pertemanan gara-gara tidak sepaham atau berbeda pilihan.

Situs berita Marketwatch.com menyatakan para pengguna media sosial bisa sangat mengganggu. Saking kesalnya, membuang satu teman bisa memberikan kepuasan bahkan sebelum benar-benar 'mencoblos' saat pemilihan.

"Satu klik untuk memutuskan pertemanan bisa memberikan kepuasan yang luar biasa sebelum kita bahkan benar-benar masuk ke tempat pemungutan suara," kata Christoper Shea, seorang pekerja sosial seperti dilansir MarketWatch, 6 November 2016. "Ini sebuah kesempatan melatih keyakinan."

Menurut jajak pendapat yang digelar Universitas Monmouth, New Jersey, Amerika Serikat, sebanyak tujuh persen dari 700 pemilih menyatakan mereka kehilangan atau mengakhiri pertemanan terkait pemilihan presiden kali ini.

Dari jumlah tersebut para pendukung kandidat asal Partai Demokrat, Hillary Clinton paling banyak meng-klik tombol "unfriend" dibandingkan para pendukung calon dari Partai Republik, Donald Trump sebanyak enam persen. Tiga persen lagi para pendukung kandidat lainnya.

Hal ini menurut mereka sudah biasa terjadi di tiap musim pemilihan. Sebanyak tujuh persen menyatakan mereka kehilangan pertemanan akibat silang pendapat dalam pemilihan umum sebelumnya. Lebih dari dua pertiga pemilih mengatakan persaingan pemilihan presiden kali ini jauh lebih buruk. Banyak retorika yang mengundang penolakan keras dari para pemilih.

Susan Krauss Whitbourne, dosen psikologi Universitas Massachusetts Amherst menyarankan agar orang-orang berhenti mengikuti atau "unfollow" kerabat atau teman sebelum benar-benar memutuskan hubungan.


Khususnya, bagi para ipar. "Tapi jika Anda merasa benar-benar buruk dan berpengaruh pada kesehatan mental, membuat perasaan terpuruk, Anda tahu yang terbaik untuk dilakukan," kata dia.

Fenomena tersebut tidak saja terjadi di Amerika Serikat, tapi juga di Israel. Peneliti Universitas Tel Aviv dan Hebrew University di Yerusalem mensurvei seribu warga Yahudi-Israel pemilik akun Facebook. Hasilnya sebanyak 16 persen "unfriend" atau "unfollow" saat konflik Israel-Gaza pada 2014.

"Pemutusan pertemanan kerap terjadi bagi para pemilik akun Facebook berideologi ekstrem atau aktif secara politik," demikian bunyi kesimpulan kajian yang dipublikasikan Desember 2015, bertajuk "I Don't Like You Anymore" atau "Saya tidak suka kamu lagi."

Sebagian besar para responden memutuskan pertemanan karena merasa tersinggung dengan status yang diunggah atau tidak setuju dengan itu.

Susan Krauss Whitbourne menyatakan orang-orang akan kembali menjalani aktivitas sehari-hari pasca pemilu.


"Jika Anda punya teman dari kedua spektrum politik, saya ucapkan selamat. Sejujurnya, dalam kehidupan lebih baik berteman dengan beragam orang. Saya harap sebagian besar kita melakukannya. Terlibat dalam perdebatan politik tanpa harus memutuskan pertemanan adalah yang paling ideal."

MARKETWATCH | NATALIA SANTI

Berita terkait

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

7 jam lalu

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

Komandan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat untuk wilayah Pasifik (USARPAC) kunjungan kerja ke Markas Besar TNI, Jakarta pada 21-23 April 2024

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

7 jam lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

7 jam lalu

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

Investigasi baru NHTSA berfokus pada pembaruan perangkat lunak dari Tesla untuk memperbaiki masalah ini pada bulan Desember.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

11 jam lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

13 jam lalu

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

Ratusan polisi Kota New York menyerbu Universitas Columbia untuk membubarkan pengunjuk rasa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

14 jam lalu

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

Komisaris Tinggi HAM PBB prihatin atas tindakan hukum membubarkan aksi pro-Palestina di sejumlah universitas di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika Serikat Ricuh Diberangus Aparat

22 jam lalu

Fakta-fakta Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika Serikat Ricuh Diberangus Aparat

Demo Pro-Palestina marak terjadi di banyak kampus di AS dengan tuntutan para mahasiswa berkisar dari gencatan senjata atas perang Israel vs Hamas.

Baca Selengkapnya

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

1 hari lalu

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

Dalam rangka perayaan 75 tahun hubungan diplomatik AS-Indonesia diselenggarakan acara perdana "Diplomats Go to Campus" di Surabaya dan Malang

Baca Selengkapnya

Diperingati Setiap 30 April, Begini Sejarah Lahirnya Musik Jazz

1 hari lalu

Diperingati Setiap 30 April, Begini Sejarah Lahirnya Musik Jazz

Tanggal 30 April diperingati sebagai Hari Jazz Sedunia. Bagaimana kisah musik Jazz sebagai perlawanan?

Baca Selengkapnya