40 Juta Warga Rusia Latihan Hadapi Ancaman Bom Nuklir  

Reporter

Selasa, 25 Oktober 2016 17:27 WIB

Kendaraan penembak roket RUsia ICBM saat mengikuti parade Hari Kemenangan atas Nazi pada Perang Dunia II ke-71 di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016. AP/Pavel Golovkin

TEMPO.CO, Jakarta - Seiring meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat yang dikhawatirkan akan memicu pecahnya Perang Dunia III, Rusia baru-baru ini dilaporkan telah mengadakan latihan untuk menghadapi ancaman bom nuklir.

Rusia, yang telah memperluas tempat penampungan bom dan pengujian masker gas, melakukan pelatihan menghadapi ancaman serangan bom nuklir dengan melibatkan sekitar 40 juta warga Rusia. Seperti dilansir IB Times pada 25 Oktober 2016, Moskow juga telah melakukan persiapan terkait dengan ruang bawah tanah yang memungkinkan perlindungan penuh bagi 100 persen warga kota tersebut.

Baca:
AS Kerahkan 300 Tentara ke Norwegia, Rusia Terkejut
Ingin Hidup Damai, 11 Anggota Abu Sayyaf Serahkan Diri
Survei: London Kota Terbaik di Dunia, Jakarta Ke-28

Wakil Menteri Pertahanan Andrey Mischenko membenarkan pelatihan warga Rusia menghadapi ancaman bom nuklir itu. Selain itu, TV Rusia menyiarkan rekaman yang menunjukkan pekerja darurat mengenakan pakaian pelindung nuklir serta pekerja yang tengah mengecek ventilasi di tempat penampungan bom.

Pada saat yang sama, Rusia untuk pertama kalinya juga secara resmi merilis gambar pertama dari bom super nuklirnya, yang disebut RS-28 Sarmat. Bom yang kekuatannya jauh lebih besar dari bom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki tersebut akan diluncurkan Presiden Vladimir Putin pada 2018 untuk menggantikan SS-18 Satan.

Daya ledak RS-28 Sarmat dikatakan cukup untuk memusnahkan negara besar, seperti Prancis, hanya dengan satu serangan.

Dalam rilisnya, gambar RS-28 Sarmat disertakan dengan keterangan berbunyi: "Sesuai dengan Keputusan Pemerintah Rusia pada Orde Pertahanan Negara 2010 dan periode perencanaan 2012-2013, Makeyev Rocket Design Bureau diperintahkan untuk memulai desain dan pengembangan pada Sarmat."

Kementerian Pertahanan Rusia pada Juni 2011 menandatangani kontrak untuk pengembangan Sarmat. Dijuluki "Setan 2," Sarmat bisa menghindari sistem pertahanan dan radar serta memiliki daya jelajah yang cukup jauh, bahkan hingga ke London atau timur dan pantai barat Amerika Serikat.

INTERNATIONAL BUSINESS TIMES | YON DEMA

Berita terkait

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

16 jam lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

1 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

1 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

3 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

3 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

3 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

4 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

5 hari lalu

Melihat Kemampuan Sukhoi Su-35 yang Ditawarkan Rusia Ke RI

Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang dilengkapi dengan teknologi canggih

Baca Selengkapnya

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

5 hari lalu

Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

Pemerintah Rusia menyambut presiden baru Indonesia. Siap lanjutkan kerja sama.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

6 hari lalu

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

Top 3 dunia adalah Rusia menawarkan Sukhoi ke RI, AS minta Cina buka pintu untuk pengusahanya hingga persiapan senjata Rusia lawan Ukraina.

Baca Selengkapnya