Hillary Clinton VS Donald Trump REUTERS/Charles Mostoller/Jonathan Ernst
TEMPO.CO, Washington - Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan kembali bertemu dengan lawannya Hillary Clinton dalam debat kandidat kedua. Trump besarta tim suksesnya tengah menyiapkan serangan balik terhadap Hillary Clinton.
Meskipun sebuah rekaman Trump pada 2005 dianggap telah melecehkan wanita, penasihat hukum Trump, Rudy Giuliani mengatakan pihaknya akan mencuatkan peran Hillary Clinton ketika ia mendiskreditkan kaum wanita. Saat itu, suaminya, Bill Clinton, dituduh telah melakukan pelecehan seksual. Giuliani mengatakan Trump tidak akan ragu untuk membeberkan pelecehan Clinton dalam hal pidana AS.
Lewat akun twitternya, Trump menautkan sebuah video yang menayangkan seorang wanita menuduh mantan presiden Bill Clinton melakukan pemerkosaan pada 1978. Tuduhan pemerkosaan itu sudah pernah dibantah oleh Bill Clinton pada saat pertama kali muncul pada 1999.
Dalam video permintaan maafnya, Trump memberi isyarat bahwa ia akan memunculkan tuduhan yang mengancam lawannya itu. "Bill Clinton sebenarnya pernah melecehkan seoarang perempuan. Namun sebaliknya, Hillary Clinton justru merisak, menyerang, mempermalukan, dan mengintimidasi korban. Kami akan membahas ini lebih dalam,” ujar Trump.
Setelah perkataan mesum Trump tersebar, beberapa tokoh dari Partai Republik meminta dia untuk mundur dalam pemilihan Presiden AS. Senator Utah Mike Lee mengatakan partainya itu harus mencari kandidat lain atau konsekuensinya Partai Republik tidak akan bisa merebut kekuasaan di Gedung Putih. Selain itu, setidaknya 33 tokoh senior di Partai Republik, termasuk senator, anggota Kongres, dan gubernur memutuskan untuk mencabut dukungannya terhadap Trump.
“Kami punya kandidat yang lebih layak untuk menggantikan Trump. Masih ada waktu untuk mengambil keputusan, kami harus segera memutuskanya,” kata Mike Lee sebagaimana yang dikutip dari bbc.com. Dalam video permohonan maafnya, Trump sempat berkata jika tidak ada lagi kesempatan bagi dirinya, maka dia akan mundur. BBC.COM | LARISSA HUDA
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
30 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.